KOMPAS.com – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma menilai, sektor energi hijau mempunyai prospek keuntungan jangka panjang bagi para investor.
Samuel menuturkan, energi hijau merupakan sektor yang sangat menarik untuk jangka panjang, sebagaimana dilansir Antara.
“Dan juga menjadi satu sektor yang menjadi unique selling point Indonesia di mata investor asing,” kata Samuel dalam diskusi bertajuk “Market Update: No Harsh Landing” yang digelar MAMI secara virtual di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Baca juga: Investasi Hijau Bisa Ciptakan 1,66 Juta Lapangan Kerja per Tahun
Sektor energi hijau menjadi salah satu sektor yang diproyeksikan menguntungkan.
Hal ini mengingat posisi Indonesia yang menjadi negara produsen sumber daya alam penunjang energi terbarukan di negara lain, salah satu contohnya nikel untuk bahan dasar baterai litium.
Indonesia juga tengah mengembangkan industri hilirisasi nikel yang akan memberikan nilai tambah untuk industri mobil listrik di dunia.
Apabila para investor mencari peluang jangka pendek yang potensial, sektor domestik dapat menjadi pertimbangan.
Baca juga: Resep Sukses Stockholm, Kota Paling Hijau dan Berkelanjutan di Dunia
Terutama pada semester II 2023 yang mana aktivitas ekonomi akan banyak berputar di kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan dimulai.
Lebih lanjut, Samuel menilai sektor perbankan juga masih tetap menjadi sektor yang potensial di pasar saham maupun obligasi.
Pasalnya, sektor perbankan mengikuti aktivitas ekonomi Indonesia. Apabila sektor ekonomi membaik, maka pertumbuhan di perbankan juga ikut membaik.
Serta, secara akumulatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sektor perbankan merupakan sektor yang terbesar.
Baca juga: Ekonomi Hijau Jadi Prioritas Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan
Samuel menambahkan, sektor telekomunikasi juga menunjukkan kinerja yang cukup bagus pada semester I tahun ini dan tak menutup kemungkinan akan berlanjut hingga beberapa semester ke depan.
Dia mengacu pada kebutuhan masyarakat yang telah menjadikan pulsa ataupun paket data internet sebagai kebutuhan pokok untuk sekadar hiburan ataupun bekerja.
Dari segi bisnis, sektor telekomunikasi juga menunjukkan adanya kompetisi yang sehat.
“Jadi, kami menduga harusnya pertumbuhan pendapatan dan laba ke depannya juga akan sangat sehat dan visibility-nya juga cukup tinggi,” ujarnya.
Baca juga: PLTS Raksasa 2,6 GWp Dibangun di Australia, Produksi Hidrogen Hijau
Chief Economist & Investment Strategic MAMI Katarina Setiawan menuturkan, para investor harus tetap menaruh perhatian pada beberapa risiko.
Pertama, masih adanya kebijakan bank sentral AS atau The Fed yang masih tak menentu. Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan moneter negara berkembang, serta berkurangnya likuiditas global dan domestik mempengaruhi investasi di aset-aset Indonesia.
Kedua, adanya risiko geopolitik dan politik domestik dikarenakan menjelang pemilu, investasi dan belanja modal diperkirakan menurun.
Ketiga, risiko dari harga komoditas yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa serta defisit fiskal.
Baca juga: Inisiatif Energi Hijau Semen Tonasa Dapat Apresiasi Internasional
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya