Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komitmen Lawson Pangkas Limbah Makanan, Beralih ke Onigiri Beku

Kompas.com, 6 September 2023, 09:49 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Operator jaringan toko serba ada terkemuka asal Jepang, Lawson Inc, telah mulai menjual bola nasi atau onigiri beku sebagai uji coba untuk mengurangi frekuensi pengiriman ke seluruh gerainya.

Perusahaan ini telah memulai memberlakukan hal ini pada 22 Agustus 2023 di 21 gerai di Tokyo dan Prefektur Fukushima. Uji coba akan berlanjut selama tiga bulan hingga 20 November 2023.

Dikutip dari The Asahi Shimbun, salah satu tujuannya adalah untuk memperpanjang umur simpan onigiri dan mengurangi pengiriman harian.

Baca juga: Pola Pengasuhan hingga Makanan Instan Picu Tingginya Stunting di Sambas

Lawson juga mempertimbangkan revisi peraturan kerja bagi pengemudi truk, yang akan berlaku pada bulan April 2024 dan semakin membatasi jam operasional mereka. Tujuan lainnya adalah mengurangi limbah makanan.

Enam penawaran akan dijual di bawah program ini. Makanan tersebut termasuk nasi kepal salmon panggang seharga 268 yen setelah pajak dan onigiri dengan ayam dan bahan lainnya seharga 138 yen.

Tidak ada versi yang tidak dibekukan dari versi berbahan dasar salmon yang tersedia di Lawson. Lima item lainnya juga dapat diakses pada suhu biasa. Onigiri ayam beku harganya 11 yen lebih murah daripada versi yang tidak dibekukan.

Empat produk sisanya akan dijual dengan label harga yang sama dengan produk yang dimaksudkan untuk penyimpanan pada suhu kamar.

Baca juga: Makanan Sumbang Sepertiga Emisi GRK Dunia, Ini Cara Menurunkannya

Meskipun onigiri yang tidak dibekukan cocok untuk dikonsumsi dalam waktu sekitar satu hari, bola nasi yang disimpan di dalam freezer tetap lezat hingga 120 hari.

Konsumen diharapkan mengambil onigiri dari freezer dan memasukkannya ke dalam microwave di gerai-gerai untuk segera dikonsumsi.

Lawson ingin melihat apakah bola nasi super dingin akan terbukti populer, karena onigiri yang tidak dibekukan disajikan bersama bola nasi tersebut di toko.

Lawson mengatakan, pengukuran menggunakan sensor rasa menunjukkan bahwa versi beku memiliki tingkat rasa asin dan gurih yang sedikit lebih kuat dibandingkan dengan nasi kepal biasa. Namun diakui perbedaan ini sulit dideteksi dengan lidah manusia.

Baca juga: Studi: Fenomena El Nino Berpotensi Melambungkan Harga Makanan

Jaringan toko serba ada ini telah menguji penjualan bento beku di toko khusus Green Lawson sejak November 2022 lalu.

Sebagian besar pelanggan menyimpan pembelian tersebut di rumah mereka, yang menunjukkan bahwa Lawson masih menghadapi tantangan untuk mendorong pelanggan menikmati produk makanan beku saat berbelanja.

Dengan diperkenalkannya produk onigiri baru, Lawson bertujuan untuk menjadikan konsumen lebih terbiasa dengan langsung memakan makanan beku. Dalam hal ini, mereka memperkirakan minat yang lebih besar terhadap nasi kepal dibandingkan bento.

Lawson juga akan mempertimbangkan untuk menambahkan lebih banyak produk onigiri beku, setelah melihat hasil eksperimen terbarunya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau