KOMPAS.com - TeleCTG bersama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) menggelar proyek pilot implementasi solusi telemedicine "doctor-to-doctor" (D2D) serta kolaborasi antar fasilitas kesehatan di Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
TeleCTG merupakan teknologi alat kesehatan dan platform untuk mendeteksi faktor risiko pada ibu hamil buatan Indonesia.
Dengan melibatkan 90 sampel ibu hamil dan berlangsung selama 4 bulan, proyek bertajuk “Additional Component of the Project for Capacity Development of ICU Using Telemedicine under Covid-19 Pandemic” ini mencatat hasil ujicoba yang positif.
Penggunaan teknologi telemedicine ini diharapkan secara cepat dan tepat dapat mendeteksi dan memonitoring, ibu mana saja yang memiliki faktor risiko menuju Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan stunting.
Project Piloting Lead TeleCTG (Elektra) dan JICA Abraham mengatakan, salah satu kunci proyek ini adalah penggunaan ekosistem TeleCTG yang mampu meningkatkan pelayanan melalui interkolaborasi antara tenaga kesehatan, seperti bidan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Benteng, Dokter Residen di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KH Hayyung, dan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di RS Universitas Hasanuddin.
Baca juga: Stunting Tak Terjadi Tiba-tiba, Prosesnya Berlangsung Sejak Ibu Masih Muda
Kolaborasi tersebut memungkinkan pemberian diagnosa jarak jauh untuk ibu hamil serta penanganan yang cepat dan efisien untuk ibu yang punya faktor risiko.
Pada hasil pemeriksaan TeleCTG ini, ibu hamil diberi tanda kondisi sebagai “normal”, “suspicious” (mencurigakan), atau “patology”.
"Adanya teknologi ini memberikan kemudahan bagi tenaga kesehatan untuk merespon dengan cepat dalam menangani ibu-ibu yang memiliki faktor risiko,” kata Abrahan, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/9/2023).
Melalui deteksi dini faktor risiko, rujukan dini terencana dapat dilakukan untuk ibu hamil yang memerlukan dan dalam kondisi memiliki faktor risiko, sehingga mereka dapat menerima perawatan yang berkualitas sesegera mungkin.
Lebih jauh Abrahan menjelaskan, Indonesia mampu membangun teknologi tepat guna, seperti TeleCTG, di mana teknologi ini dibangun sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan di Indonesia.
Baca juga: Indonesia Berbagi Pengalaman Penurunan Stunting dengan Laos
Dengan TeleCTG, tenaga kesehatan dapat melakukan deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil secara jarak jauh, dan inter kolaborasi antara bidan di Puskesmas dan Obgyn di RSUD.
Sehingga ibu hamil yang memiliki risiko AKI, AKB dan stunting dapat dimonitor untuk segera dilakukan langkah pencegahan.
Sejumlah pihak terlibat aktif dalam pilot project ini. Seperti Satoru Watanbe dan Gaku Masuda dari tim Consultant JICA, Dr. dr. St. Maisuri T. Chalid, SpOG(K) dari Rumah Sakit Universitas Hasanudin, dr. Husaini, M. Kes, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kepulauan Selayar, dr. Hazairin Nur, Sp. B., direktur RSUD KH. Hayyung, dan kepala Puskesmas Benteng dr. Frengky Wijaya
Menurut Abraham, proyek piloting TeleCTG ini menandai langkah awal yang berarti dalam revolusi telemedicine di Indonesia.
"Dengan dukungan dari JICA, serta partisipasi aktif fasilitas kesehatan di Kabupaten Selayar, kami berharap solusi telemedicine semacam ini dapat berdampak positif pada pelayanan kesehatan masyarakat, dan membuka jalan bagi kebijakan yang lebih inklusif dan efisien di masa depan,” jelas Abraham.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya