JAKARTA, KOMPAS.com - Inisiatif keuangan digital ASEAN berkontribusi besar dalam mempercepat inklusi keuangan di kawasan.
Selama beberapa tahun terakhir, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut menjadi pemain penting dalam memandu transformasi di tengah maraknya pengembangan keuangan digital.
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menuturkan, ASEAN sebagai rumah dari 680 juta penduduk dan 70 juta UMKM masih menghadapi tantangan inklusivitas keuangan yang signifikan.
Tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan transaksi dan menggunakan jasa layanan bank tercatat masih rendah dengan populasi hingga 70 persen belum menggunakan layanan perbankan.
Tidak hanya itu, sekitar 39 juta dari 70 juta UMKM juga menghadapi kekurangan pendanaan yang cukup besar dengan nilai 300 miliar dollar AS setiap tahunnya.
Baca juga: Dukung Digitalisasi Desa, Amartha Perkuat Program Kemitraan di Sulawesi Selatan
"Di tengah kondisi ini munculnya layanan keuangan digital membuka jalan untuk menjembatani kesenjangan keuangan khususnya bagi mereka yang belum mempunyai rekening bank, belum memakai jasa layanan perbankan, dan juga bagi UMKM yang sebelumnya mungkin dinilai unbankable," tutur Rosan.
Layanan keuangan digital memainkan peran penting dalam mendorong inklusivitas keuangan, dan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Kawasan ASEAN.
Pertumbuhan dan revolusi keuangan digital telah meningkatkan perekonomian negara dan inklusivitas ekonomi. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
"Indonesia telah berada di garis depan untuk revolusi keuangan digital, menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan yang luar biasa,” kata Rosan.
Rosan mengungkapkan, rentang tahun 2011 hingga 2022, pemain financial technology di Indonesia meningkat enam kali lipat dari semula 51 pemain menjadi 334 pemain aktif.
Baca juga: Sekarang, UMKM Bisa Transaksi Keuangan Lintas Negara
Sementara itu, 33 persen penduduk memilih e-wallet sebagai metode pembayaran default mereka pada 2021. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara maju di Asia.
Transisi Indonesia menuju ekonomi digital terlihat jelas dengan melonjaknya pembayaran non-tunai dari 813 juta dollar AS menjadi 26,2 miliar dollar AS pada 2017 hingga 2022.
Transisi menuju ekosistem transaksi digital yang berkembang pesat ditunjukkan dengan nilai transaksi pembayaran digital, yang tumbuh dari 206 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 266 miliar dollar AS pada 2022.
Ia melanjutkan, perkembangan transaksi pembayaran digital ini akan terus tumbuh hingga mencapai lebih dari 421 miliar dollar AS pada 2025.
Dengan jangkauan yang luas, BUMN memegang peranan penting dalam mendorong inklusi keuangan melalui keuangan digital khususnya di kota-kota yang kurang terjangkau.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya