Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andrean Rifaldo
Praktisi Perpajakan

Praktisi perpajakan. Tulisan yang disampaikan merupakan pendapat pribadi dan bukan merupakan cerminan instansi.

Kapan 12 Juta Lansia Miskin Hidup Sejahtera?

Kompas.com - 06/11/2023, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAM menunjukkan pukul sebelas malam. Udara di persimpangan lampu merah Kota Bandung, Jawa Barat, menjelang tengah malam semakin dingin. Apalagi, hujan deras sempat mengguyur beberapa jam sebelumnya.

Di tengah menusuknya angin dingin malam itu, ada pemandangan memilukan. Seorang kakek tua tampak duduk di pinggir jalan, beristirahat dengan setengah tubuhnya masih mengenakan kostum badut jalanan.

Fenomena ini menjadi potret gamblang yang mudah dilihat di sekitar kita. Dalam Statistik Indonesia 2023, tercatat setidaknya 29,65 juta penduduk berusia 60 tahun ke atas.

Namun, data Susenas Maret 2022 mencatat sebanyak 41,11 persen dari jumlah tersebut berada dalam lapisan rumah tangga 40 persen terbawah nasional. Artinya, masih terdapat 12,18 juta lansia tergolong miskin dan rentan miskin.

Seharusnya, masa tua adalah waktu di mana masyarakat lansia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera.

Namun, realitas kemiskinan masih menghantui banyak di antara mereka, yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan dan hunian layak.

Kesehatan lansia sangat dipengaruhi asupan gizi yang memadai. Mirisnya, Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022 memperkirakan setidaknya ada 29.650 lansia yang tidak makan sama sekali selama satu minggu terakhir. Sementara itu, sebanyak 2,15 juta lansia lainnya juga hidup dalam kerawanan pangan.

Krisis hunian layak juga menjadi isu lainnya yang harus diperhatikan. Tempat tinggal menjadi faktor penting menentukan kesejahteraan lansia, mengingat keterbatasan mobilitas membuat banyak lansia harus menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah.

Namun, kenyataannya hingga saat ini, 4 dari 10 lansia masih tinggal di hunian yang tidak layak. Data Susenas 2022 mencatat sekitar 35,72 persen dari lansia belum memiliki hunian memadai.

Bahkan, di kelompok rumah tangga yang tergolong miskin atau rentan miskin, hampir separuh lansia, sekitar 43,27 persen, masih menghadapi kondisi hunian yang kurang memadai.

Keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup memaksa banyak lansia untuk terus bekerja. Bagi mereka yang memiliki jaminan pensiun, hal ini mungkin bukan masalah. Namun, kenyataannya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan hanya 6 persen dari masyarakat yang memiliki program dana pensiun.

Menurut data Sakernas Agustus 2022, sekitar 52,55 persen lansia masih aktif dalam angkatan kerja, mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebanyak 86,19 persen atau sekitar 13,4 juta di antaranya bekerja di sektor informal. Lansia pada kelompok pekerja tersebut rentan kehilangan penghasilan.

Ini merupakan masalah serius, mengingat populasi nasional kini telah memasuki struktur penduduk tua, sebagaimana ditegaskan Badan Pusat Statistik.

Populasi lansia telah mencapai 10,48 persen dari total populasi nasional, dan diproyeksikan akan semakin besar dibanding kelompok umur lainnya pada 2045 mendatang.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

LSM/Figur
Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Pemerintah
Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Swasta
Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

LSM/Figur
Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

LSM/Figur
Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

LSM/Figur
Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Pemerintah
Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

LSM/Figur
Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

LSM/Figur
Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

LSM/Figur
Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau