Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aris Marfai
Kepala Badan Informasi Geospasial

Professor Geografi

Data Spasial dan "Environment Social Governance" di IKN

Kompas.com, 21 November 2023, 16:02 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IBU Kota Nusantara (IKN) didesain sebagai kawasan kota hutan yang cerdas dan berkelanjutan (sustainable smart forest city).

Desain kota ini sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan global untuk mewujudkan transisi rendah emisi, ramah lingkungan, dan pembangunan hijau di kota-kota di dunia.

Menurut forum ekonomi dunia, kota menampung 60 persen populasi dunia dan bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen total emisi.

Sebagai bagian untuk mewujudkan cita-cita tersebut, otorita IKN menggandeng para ahli dalam mengimplementasikan pedoman dan kerangka kerja Environment Social Governancce (ESG) dalam pengelolaan IKN.

IKN merupakan kota pertama yang memiliki komite ESG (Kompas.com, 21/09/2023). Kerangka kerja ESG dapat diterapkan untuk mengevaluasi bagaimana kota mengelola faktor-faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola yang berpengaruh terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan penduduknya.

Konsep ini menjamin keberlangsungan pengelolaan kota untuk lebih siap menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan ketidakstabilan ekonomi.

Untuk itu, tata kelola kota yang baik didukung dengan data yang akurat, presisi dan teknologi mutakhir menjadi kunci penting untuk mewujudkan transisi ramah lingkungan.

Teknologi geospasial berperan dalam menyediakan informasi keruangan terhadap pengelolaan lahan, pengendalian tutupan lahan perkotaan, pengendalian fragmentasi habitat, hingga monitoring biodiversitas untuk mewujudkan kota ramah lingkungan dan sustainable forest and smart city di IKN.

Pendekatan spasial dan kompleks kewilayahan akan memberikan pertimbangan secara keruangan dan kewilayahan dalam mengelola persebaran sumber daya, tutupan lahan, dan karakteristik lahan dalam kawasan perkotaan, untuk mendukung evaluasi bagaimana kota mengelola sumber daya alam seperti air, energi, tanah, dan hutan.

Teknologi geospasial citra satelit dan foto udara dapat digunakan untuk membantu monitoring ekosistem lokal, termasuk lahan basah, hutan, dan wilayah alami.

Ekosistem tersebut merupakan bagian terintegrasi dari konsep kota hutan yang berkelanjutan. Tanpa dukungan data spasial lengkap, detail dan kontinyu, penerapan ESG tentu sulit diwujudkan.

Pemanfaatan IoT dan teknologi radar, sensor dan teknologi sistem koordinat sangat diperlukan dalam mendukung otomasi, pengelolaan green ekonomi, dan perencanaan kota rendah emisi.

Penggunaan sensor emisi, sensor udara, sensor temperatur, dan sensor cuaca, yang diintegrasikan dengan sistem koordinat secara detail memungkinkan pengelola kota untuk memperoleh data secara real-time tentang kondisi kualitas udara, kualitas air, dan kualitas lingkungan pada suatu bangunan atau lokasi atau kawasan tertentu.

Data ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat. Sensor jarak jauh, seperti sensor termal atau sensor spektral, dapat digunakan untuk mendeteksi anomali kondisi lingkungan.

Teknologi informasi geospasial berbasis posisi, seperti penggunaan Data Global Positioning Sistem (GPS) dalam persebaran yang mencukupi baik secara indoor maupun outdoor dapat membantu dalam identifikasi lingkungan dengan tingkat akurasi tinggi.

Perpaduan GPS dan teknologi sensor mobile seperti pada smart phone memberikan kesempatan pada masyarakat kota untuk berperan dalam pengumpulan data geospasial melalui teknologi sensor secara inklusif.

Hal ini akan memungkinkan warga kota untuk melaporkan masalah lingkungan atau sosial dengan berbasis lokasi geografis.

Tata kelola (governance) dalam kerangka ESG salah satunya dapat diwujudkan dengan dukungan decision Support System (DSS) untuk menganalisis berbagai data geospasial dalam konteks perencanaan dan pengelolaan kota yang lebih komprehensif.

Dengan demikian, teknologi dan informasi geospasial yang tepat dan akurat dapat membantu kota mengidentifikasi masalah dan peluang yang berkaitan dengan ESG.

Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dan dapat membantu mengukur dampak kebijakan dan tindakan berkelanjutan yang diimplementasikan dalam lingkungan perkotaan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Swasta
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
Pemerintah
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Pemerintah
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
LSM/Figur
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
Pemerintah
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau