Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Karbon Bukan Solusi Dekarbonisasi, Awasi Ketat Cegah "Greenwashing"

Kompas.com - 22/11/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perdagangan karbon dinilai bukan merupakan solusi dekarbonisasi dalam upaya melawan ancaman perubahan iklim yang semakin nyata.

Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara Tata Mutasya mengatakan, berdasarkan pengalaman empiris, perdagangan karbon juga tidak terlalu signifikan untuk mengurangi emisi.

Tata menambahkan, satu-satunya cara untuk mencapai dekarbonisasi adalah berpindah dari sektor pencemar ke sektor yang hijau.

Baca juga: Nilai Ekonomi Karbon Diusulkan Masuk RUU EBET

Agar dapat berpindah, maka diterapkan disinsentif bagi sektor pencemar dan memberikan insentif bagi sektor hijau, sehingga dekarbonisasi bisa tercapai.

“Ketika tujuannya dekarbonisasi diperlukan kebijakan yang konsisten melampaui bursa karbon,” kata Tatang dalam seminar virtual yang digelar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Selasa (21/11/2023).

Di sisi lain, bursa karbon bisa menjadi katalis mempercepat transisi dari sektor pencemar ke hijau jika diterapkan bersama dengan pajak karbon.

Di samping itu, paradigma yang harus dibawa dalam penerapan bursa karbon serta pajak karbon adalah bukan untuk mencari revenue atau pendapatan, melainkan sebagai upaya mempercepat dekarbonisasi.

Baca juga: Membiarkan Hutan Tumbuh Cegah Lepasnya 226 Miliar Ton Karbon ke Atmosfer

“Lalu bagaimana memaksimalkan perdagangan karbon dan pajak karbon? Ini memerlukan cap (ambang batas karbon) yang tepat dan harga karbon yang tinggi,” ucap Tatang.

Dia menyampaikan, bila cap yang diterapkan tidak ketat, maka sektor pencemar contohnya PLTU batu bara masih bisa mendapat surplus dari persetujuan teknis mengeluarkan emisi.

“Jadi bukannya dia membayar (karena mengeluarkan emisi) malah mendapatkan kompensasi (bila cap-nya tidak ketat),” ucap Tatang.

Indonesia sendiri telah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia yang diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, pada 26 September 2023.

Produk yang diperdagangkan di bursa karbon meliputi persetujuan teknis batas atas emisi pelaku usaha dan sertifikasi pengurangan emisi GRK.

Baca juga: Harga Sertifikat Karbon Disarankan Minimal Rp 540.000 per Ton

Sementara itu, Direktur Utama LPPI Heru Kristiyana mengatakan, penerapan perdagangan bursa karbon perlu diawasi secara ketat.

Pasalnya, bursa karbon memiliki tantangan yakni dapat dijadikan sebagai medium greenwashing karena adanya skema penyeimbang karbon atau carbon offset.

“Yang mana perusahaan seolah-olah menurunkan emisi karbon, meskipun pada kenyataannya masih menyumbang emisi karbon yang cukup besar,” ujar Heru.

Heru menganggap penerapan bursa karbon di Indonesia dapat memperkuat upaya pengurangan emisi karbon dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di sisi lain, dia menyatakan bahwa peran pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait dengan perdagangan karbon perlu menyadari dan memitigasi tantangan yang ada, termasuk greenwashing.

Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Indonesia Perlu Tarik Investasi EBT dalam APEC

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Habis Pesta HUT TNI di Monas, 2.100 Petugas Angkut 126,6 Ton Sampah
Habis Pesta HUT TNI di Monas, 2.100 Petugas Angkut 126,6 Ton Sampah
Pemerintah
Investor Desak Uni Eropa Segera Terapkan Aturan Emisi Metana
Investor Desak Uni Eropa Segera Terapkan Aturan Emisi Metana
Swasta
Norwegia Cetak Sejarah, Jadi yang Pertama Kubur Emisi Karbon ke Bawah Laut
Norwegia Cetak Sejarah, Jadi yang Pertama Kubur Emisi Karbon ke Bawah Laut
Pemerintah
Mari Elka Pangestu: 80 Persen Duit Transisi Energi Harus dari Luar APBN
Mari Elka Pangestu: 80 Persen Duit Transisi Energi Harus dari Luar APBN
LSM/Figur
Langkah Mundur Aksi Iklim, Aliansi Perbankan Net-Zero Global Bubar
Langkah Mundur Aksi Iklim, Aliansi Perbankan Net-Zero Global Bubar
Pemerintah
Rombak Pola Makan Global Bisa Selamatkan 15 Juta Jiwa Per Tahun
Rombak Pola Makan Global Bisa Selamatkan 15 Juta Jiwa Per Tahun
Pemerintah
Lindungi Ekosistem TN Gunung Rinjani, Proklim Mart Raih Lestari Awards 2025
Lindungi Ekosistem TN Gunung Rinjani, Proklim Mart Raih Lestari Awards 2025
LSM/Figur
Booming AI dan Pusat Data Picu Peningkatan Polusi PFAS
Booming AI dan Pusat Data Picu Peningkatan Polusi PFAS
Pemerintah
Transisi Energi Barang Siapa Sih? IESR Minta Presiden Tunjuk Komandonya
Transisi Energi Barang Siapa Sih? IESR Minta Presiden Tunjuk Komandonya
LSM/Figur
Di Lestari Summit 2025, Astra Beberkan Komitmen Penguatan Ketahanan Desa
Di Lestari Summit 2025, Astra Beberkan Komitmen Penguatan Ketahanan Desa
BrandzView
Penemu 4G: Perubahan Iklim hingga AI Jadi Tantangan Global Masa Depan
Penemu 4G: Perubahan Iklim hingga AI Jadi Tantangan Global Masa Depan
LSM/Figur
Hiu Paus Terdampar di Bekasi, Warga Kafani sebagai Penghormatan
Hiu Paus Terdampar di Bekasi, Warga Kafani sebagai Penghormatan
LSM/Figur
Asa Akhmad Sobirin, Kembali ke Desa untuk Sejahterakan Petani Nira Kelapa
Asa Akhmad Sobirin, Kembali ke Desa untuk Sejahterakan Petani Nira Kelapa
LSM/Figur
Peringati Hari Sungai Sedunia, PLN dan KLH Gelar Aksi Bersih di DAS Ciliwung
Peringati Hari Sungai Sedunia, PLN dan KLH Gelar Aksi Bersih di DAS Ciliwung
BUMN
Tanamkan Prinsip HAM dalam Bisnis, PT Merdeka Copper Gold Raih Penghargaan Lestari Award 2025
Tanamkan Prinsip HAM dalam Bisnis, PT Merdeka Copper Gold Raih Penghargaan Lestari Award 2025
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau