MUSIM panas ini, seluruh dunia dilanda anomali cuaca yang dapat dikatakan sebagai bencana dan telah memecahkan rekor, seperti gelombang panas, topan, dan banjir.
Hal yang sama terjadi di Korea. Suhu rata-rata pada musim panas dari bulan Juni hingga Agustus 2023, naik satu derajat dari tahun biasanya, dan hujan turun 291 mm lebih.
Komunitas global sebenarnya sedang menghadapi era bencana iklim. Emisi karbon dianggap sebagai penyebab utama krisis ini.
Sejak Perjanjian Iklim Paris pada tahun 2016, realisasi “nol karbon” telah menjadi solusi yang sangat mendesak bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan.
Pada bulan Oktober 2020, Korea menetapkan ambisi ‘pencapaian netralitas karbon pada tahun 2050’ sebagai tujuan nasional, dan setiap kota besar, termasuk Seoul, menyusun dan menerapkan rencana aksi spesifik.
Salah satu kota terkemuka adalah 'Kota Bahagia Sejong'. Proyek pembangunan Kota Bahagia di Korea adalah proyek nasional berskala besar yang dimulai pada tahun 2006 untuk mengatasi kepadatan penduduk di wilayah metropolitan dan mendorong pembangunan yang seimbang.
Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Indonesia Perlu Tarik Investasi EBT dalam APEC
Tujuannya adalah menciptakan sinergi dengan menempatkan berbagai fungsi seperti industri teknologi tinggi, dengan fokus pada relokasi instansi pemerintah pusat.
Selain itu, kota ini akan dibangun sebagai 'kota ekologi ramah lingkungan' berdasarkan pengurangan gas rumah kaca dan netralitas karbon, serta sebagai 'kota pintar' yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan seperti transportasi, lingkungan, dan perumahan dengan menggunakan informasi dan komunikasi mutakhir teknologi (TIK).
Baru-baru ini, pendirian kantor kepresidenan kedua dan cabang Majelis Nasional telah diputuskan sehingga landasan untuk menjadikannya sebagai ibu kota administratif yang praktis telah disiapkan.
Visi perkotaan tersebut sangat mirip dengan proyek pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang dipromosikan untuk memecahkan permasalahan seperti kepadatan penduduk dan penurunan permukaan bumi di Pulau Jawa serta menjamin mesin pertumbuhan baru bagi negara.
Sejauh ini, Kota Bahagia telah memperluas berbagai fasilitas pasokan untuk kemandirian energi dan konversi ke energi ramah lingkungan, seperti membangun pembangkit listrik dan panas gabungan liquefied natural gas (LNG), memperkenalkan energi baru terbarukan seperti tenaga surya, panas matahari, dan panas bumi serta sel bahan bakar hidrogen, dan membangun infrastruktur pengisian kendaraan listrik hidrogen.
Baca juga: Begini Strategi Percepat Netralitas Karbon di Sektor Industri
Secara khusus, kami mengurangi sekitar 10.000 ton CO2 per tahun dengan memasang sekitar 17MW panel pembangkit listrik tenaga surya di lahan umum yang tidak terpakai seperti jalur sepeda, pusat pemulihan kualitas air, dan tempat pembuangan sampah.
Kami juga memperkenalkan teknik Low Impact Development (LID) atau Pembangunan Berdampak Rendah yang berfokus pada siklus baik air hujan.
Ini adalah teknik pembangunan perkotaan ramah lingkungan yang bertujuan untuk memecahkan masalah seperti pulau panas perkotaan dan penurunan kualitas air dengan meningkatkan penetrasi bawah tanah dan kapasitas penyimpanan air hujan.
Dalam mewujudkan netralitas karbon di perkotaan, pencapaian zero energi pada bangunan tidak bisa diabaikan. Hal ini untuk membangun zero energy building (ZEB) yang mengurangi konsumsi dengan meningkatkan efisiensi energi melalui bahan insulasi dan jendela berkinerja tinggi, serta menggunakan teknologi energi terbarukan seperti energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi.
Baca juga: Pengembangan Industri Remanufaktur Berperan Penting Capai Netralitas Karbon
Pemerintah Korea menetapkan sistem sertifikasi ZEB dari kelas 1 hingga 5 pada tahun 2017 dan mendorong kewajiban secara bertahap sesuai dengan jenis dan ukuran bangunan.
Tergantung pada tingkat kemandirian energi, tingkatnya dibagi menjadi; kelas 5 untuk lebih dari 20 persen hingga kurang dari 40 persen, kelas 3 untuk lebih dari 60 persen hingga kurang dari 80 persen, dan 100 persen untuk kelas tertinggi 1.
Gedung yang dibangun oleh lembaga umum akan diwajibkan mencapai kelas 5 mulai tahun 2020 dan kelas 3 pada tahun 2030, sedangkan rumah susun yang dibangun oleh swasta dengan lebih dari 30 rumah tangga atau lebih wajib disertifikasi kelas 5 atau lebih mulai tahun depan.
Langkah Kota Bahagia menuju netralitas karbon jauh lebih cepat dan sibuk dibandingkan tujuan nasional tersebut. Pada tahun 2019, Kota Bahagia mendapat perhatian besar di dalam dan luar negeri dengan membangun kompleks perumahan zero-energy yang menggunakan teknologi pasif seperti insulasi berkinerja tinggi, jendela dan kaca berefisiensi tinggi, serta konstruksi kedap udara, dan teknologi aktif seperti pembangkit listrik tenaga surya.
Sementara itu, pembangunan kompleks rumah susun kelas tiga zero energy dengan tingkat kemandirian energi sebesar 66,9 persen dimulai di Kota Bahagia pada bulan Maret tahun ini.
Konsumsi energi per unit luas apartemen yang memanfaatkan teknologi bangunan ramah lingkungan terkini ini hanya 42 persen dari standar hukum, dan emisi gas rumah kaca hanya 35 persen dari rata-rata rumah yang baru dibangun.
Angka ini mampu mengurangi 690 kg CO2 per tahun per rumah tangga dan sebanding dengan efek penanaman 105 batang pohon pinus berumur 30 tahun per tahun.
Melalui upaya lintas kota dan arsitektur seperti ini, Kota Bahagia terlahir kembali sebagai model perkotaan baru yang akan memimpin perubahan paradigma energi Korea.
Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Pemerintah Berencana Kembangkan Hidrogen hingga Nuklir
Pada masa depan, tujuan kami adalah untuk tumbuh menjadi kota yang melambangkan kebijakan negara yang ramah lingkungan dan menjadi pembelajaran bagi masyarakat di seluruh negeri seperti "BedZed" di London Inggris, yang didasarkan pada pengembangan kompleks netral karbon pertama, dan "Masdar" Uni Emirat Arab, yang memasok semua listrik dengan energi bersih seperti tenaga surya dan tenaga angin.
Hal ini mengingat bencana yang dialami bumi dalam beberapa tahun terakhir, seperti banjir, angin topan, kekeringan, dan kebakaran hutan, krisis ini memang lebih dahsyat dan menakutkan dibandingkan penyakit menular.
Oleh karena itu, “kota netral karbon” yang diciptakan oleh IKN Indonesia, sekaligus Kota Bahagia Korea, harus menjadi teladan dunia sebagai penjaga masa depan untuk anak-anak kita.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya