Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 7 Desember 2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Neutura, perusahaan carbon removal yang berbasis di Asia Tenggara, mengumumkan pendanaan angel untuk dua proyek penyerapan karbon berbasis biochar.

Inisiatif ini merupakan loncatan besar dalam menghambat laju perubahan iklim dengan mengubah limbah pertanian menjadi biochar yang memiliki nilai tambah yang baik serta mampu mengunci karbon dalam tanah selama lebih dari 500 tahun.

Dana yang berhasil didapatkan ini akan digunakan untuk membiayai peluncuran dua proyek mercusuar pada tahun 2024. Proyek-proyek ini, ditargetkan berjalan di dua wilayah yang berbeda, yakni Asia Tenggara dan Eropa Selatan.

Proyek di dua wilayah ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi secara holistik, melainkan juga mengubah paradigma masyarakat terkait carbon removal dan manajemen limbah agrikultur yang bertanggung jawab.

Proyek yang akan diluncurkan berfokus pada pemanfaatan limbah tanaman dari industri pertanian untuk menyerap karbon dari atmosfer, dengan mengubah hasil limbah menjadi biochar dan cuka kayu.

Baca juga: Indonesia Jajaki Kerja Sama Penangkap Karbon dengan Korea Selatan

Co-founder Neutura Laksamana Sakti menganggap, limbah pertanian bukan sebagai masalah tetapi sebagai solusi.

"Dengan mengubah limbah ini menjadi biochar, kami mengatasi beberapa tantangan sekaligus—mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kesehatan tanah, dan menciptakan praktik pertanian yang berkelanjutan," ujar Alif, sapaan akrab Laksamana, dalam keterangan kepada Kompas.com, Rabu (6/12/2023).

Biochar merupakan hasil produk berbentuk arang yang dihasilkan oleh Neutura melalui proses pirolisis yang memiliki manfaat yang luar biasa. Kemampuannya untuk meningkatkan kesuburan tanah menjadi salah satu daya tarik utama.

"Biochar memiliki potensi besar. Material ini dapat meningkatkan retensi air dan struktur tanah, menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih sehat, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Produksi biochar dapat menjadi katalis perubahan yang cukup signifikan untuk memulai praktik pertanian berkelanjutan," terang Alif.

Manfaat biochar dari Neutura tidak hanya terbatas pada bidang pertanian. Material ini juga dapat diterapkan dalam industri lain, seperti industri metalurgi dan semen, yang berkontribusi pada peningkatan sifat material dan potensi pengurangan emisi.

Baca juga: Kerangka Kerja Baru UNEP: Limbah Kimia Setara dengan Krisis Iklim

"Kami memiliki visi untuk mengintegrasikan biochar ke berbagai industri, sehingga masing-masing industri tersebut bisa mendapatkan manfaat dari propertinya yang unik serta berkontribusi pada planet yang lebih hijau," tambah Alif.

Secara bersamaan, cuka kayu produk sampingan dari proses ini, dapat berfungsi sebagai pestisida dan pupuk alami.

Cuka kayu adalah solusi organik untuk perawatan tanaman. Cara ini efektif, ramah lingkungan, dan sejalan sepenuhnya dengan visi kami untuk masa depan pertanian yang berkelanjutan.

Proyek pilot yang dikerjakan oleh Neutura menggunakan peralatan pirolisis khusus yang dirancang menggunakan energi yang efisien dan terintegrasi dengan pabrik.

"Kami berinvestasi dalam teknologi yang tidak hanya mendukung keberjalanan kegiatan operasional, tetapi juga menetapkan standar rendah emisi yang berkelas dunia," ujar Alif.

Proyek-proyek ini didasarkan pada model bisnis yang memiliki skalabilitas besar. Dengan menjual biochar dan kredit penyerapan karbon, Neutura ingin memastikan kelangsungan profitabilitas perusahaan sedari awal.

"Model bisnis kami mencerminkan komitmen kami terhadap keberlanjutan dan profitabilitas," kata Alif.

Dengan proyek-proyek ini, Neutura tidak hanya mengatasi masalah lingkungan tetapi juga membuka jalan menuju masa depan pertanian dan iklim yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau