Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/12/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Penjualan kendaraan listrik di seluruh dunia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Tren ini turut memengaruhi proyeksi permintaan minyak dunia. International Energy Agency (IEA) bahkan memperkirakan konsumsi minyak dunia akan mencapai puncaknya pada 2030 sebesar 103 juta barel per hari.

Padahal pada 2017, IEA memperkirakan konsumsi minyak dunia akan mencapai puncak 105 juta barel per hari pada 2040.

Baca juga: Ekosistem Lengkap, Indonesia Siap Jadi Pemain Kendaraan Listrik Global

Apostolos Petropoulos dari IEA mengungkapkan, berbagai negara sudah membuat kebijakan yang merangsang peralihan dari kendaraan konvesional ke listrik.

“Yang secara substansial mengurangi permintaan minyak dari sektor transportasi,” kata Petropoulos, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (6/12/2023).

Perusahaan raksasa minyak salah Inggris, BP, juga memajukan proyeksi puncak permintaan minyak globalnya.

Sedangkan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China, dua-duanya konsumen minyak terbesar di dunia, telah menaikkan kembali perkiraan konsumsi domestik mereka.

Transportasi menyumbang sekitar 60 persen permintaan minyak dunia, dan AS menyumbang sekitar 10 persennya, menurut IEA.

Baca juga: Pakar UI Sebut Sistem Penggerak Kendaraan Listrik Kunci Transportasi Bersih

Jumlah tersebut diperkirakan akan turun karena IEA memperkirakan kendaraan listrik akan mengurangi sekitar 5 juta barel per hari permintaan minyak dunia pada 2030.

Penjualan kendaraan listrik global kini mencapai sekitar 13 persen dari seluruh penjualan kendaraan.

Menurut IEA, penjualan kendaraan listrik akan meningkat menjadi antara 40 persen hingga 45 persen pada 2030.

Meskipun angka-angka tersebut cukup besar, IEA mengatakan penjualan kendaraan listrik harus lebih tinggi, yakni sekitar 70 persen pada 2030, untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius sesuai Perjanjian Paris.

Tingkat adopsi kendaraan listrik di masa depan akan sangat bergantung pada harga kendaraan listrik dan ketersediaan stasiun pengisian daya.

Baca juga: UMKM Perlu Ambil Peluang di Pasar Kendaraan Listrik

Menurut sejumlah ahli, China memiliki keunggulan dalam kedua hal tersebut.

Rata-rata kendaraan listrik di China harganya 33.964 dollar AS (Rp 527 juta) pada pertengahan tahun 2023, menurut perusahaan riset Inggris, JATO Dynamics.

JATO Dynamics menemukan bahwa mobil listrik termurah di China 8 persen lebih murah dibandingkan mobil konvensional termurah.

Hal ini berkat subsidi pemerintah yang besar dan ketersediaan mineral tanah jarang yang sangat penting dalam produksi kendaraan listrik.

Kendaraan listrik menguasai sekitar seperempat pasar di China, dan negara ini diperkirakan akan memimpin pertumbuhan global.

Baca juga: Pulau Penyengat Terima Bantuan 11 Kendaraan Listrik

Sebaliknya, di AS, harga rata-rata sebuah kendaraan listrik adalah lebih dari 53.000 dollar AS (Rp 823 juta), menurut perusahaan riset otomotif Kelley Blue Book.

Harganya sekitar 5.000 dollar AS (Rp 77 juta) lebih mahal daripada mobil bertenaga bensin.

AS juga tertinggal jauh dibandingkan China dalam hal jumlah stasiun pengisian daya. “Negeri Paman Sam” memiliki sekitar 52.000 stasiun pengisian daya, Eropa sekitar 400.000 stasiun pengisian daya, dan China sekitar 1,2 juta stasiun pengisian daya.

Meski begitu, kendaraan listrik diperkirakan akan tumbuh hingga 50 persen dari jumlah registrasi mobil baru di AS pada 2030 menurut IEA.

“Perubahan di sisi politik dapat menunda transisi. Tetapi pada akhirnya, transisi sedang terjadi,” tutur Petropoulos.

Baca juga: Asosiasi Harap Caleg Manfaatkan Kendaraan Listrik Jadi Bahan Kampanye

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com