Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Mental Masih Dipandang Sebelah Mata, Yuk Berkenalan dengan 5 Komunitas Ini

Kompas.com, 8 Desember 2023, 09:10 WIB
Nirwana Hafizh,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tak seperti kesehatan fisik yang kerap diprioritaskan, sebagian masyarakat masih memandang kesehatan mental sebelah mata.

Padahal, kesehatan mental bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada remaja dan anak muda. Penyebabnya pun bervariasi, mulai dari masalah keluarga, sekolah, hingga putus cinta.

Gangguan kesehatan mental tidak bisa diabaikan begitu saja, dan harus mendapatkan perhatian yang serius.

Salah satu masalah utamanya adalah kurangnya kesadaran untuk mencegah kesehatan mental sejak dini. Sering kali masyarakat menunggu hingga muncul gejala yang parah baru mencari bantuan ke medis.

Baca juga: Psikolog: Peran Kampus Sangat Penting dalam Mendukung Kesehatan Mental Mahasiswa

Kesehatan mental juga berhubungan erat dengan kesehatan fisik. Misalnya, ketika seseorang mengalami masalah kesehatan mental atau yang berkaitan dengan gangguan psikologis, seperti kecemasan, perubahan mood, gangguan psikotik, tak jarang menjadi faktor terganggunya kesehatan fisik, mulai dari gangguan makan, hingga asam lambung.

Berdasarkan penelitian Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, lebih dari 19 juta orang Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Selain itu, lebih dari 12 juta orang dalam rentang usia yang sama diketahui menderita depresi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa kesehatan mental adalah hak dasar setiap individu. Artinya, setiap orang berhak bebas dari masalah mental untuk mencapai kehidupan yang baik.

Orang dengan kesehatan mental yang baik bisa belajar, mengatasi tekanan, bekerja efektif, dan memberikan kontribusi positif pada komunitasnya.

Baca juga: Berani Komunikasikan Kesehatan Mental di Ruang Profesional

Akan tetapi sekarang, akses ke layanan kesehatan mental di Indonesia masih menjadi tantangan karena keterbatasan. Ini menjadi alasan sebagian orang tak memahami cara menjaga menjaga kesehatan mental atau cara memperbaikinya.

Dana yang dialokasikan pemerintah untuk kesehatan mental, termasuk untuk kapasitas rumah sakit jiwa dan fasilitas rawat jiwa di rumah sakit umum pun, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Namun, di antara tantangan tersebut, perihal merawat kesehatan mental tetap bisa dilakukan. Terlebih, saat ini, ada kelompok yang peduli terhadap kesehatan mental di Indonesia dan membentuk komunitas untuk mendukung kesehatan mental masyarakat. Simak informasi lengkapnya berikut.

1. Into The Light Indonesia

Komunitas yang dibentuk pada Mei 2013 ini berfokus pada advokasi, kajian, dan edukasi mengenai pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa.

Dengan moto "Hapus Stigma, Peduli Sesama, Sayangi Jiwa," Into The Light Indonesia meluncurkan program-program, seperti diskusi publik, pelatihan, kampanye, dan penelitian untuk mengurangi stigma bunuh diri dan meningkatkan kesadaran pencarian bantuan pada seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Untuk informasi tentang Into The Light Indonesia, kunjungi website intothelightid.org.

2. Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI)

KPSI memberikan edukasi dan pelayanan kepada individu dengan skizofrenia, termasuk dukungan aspek legal dan hukum.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Swasta
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
LSM/Figur
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Pemerintah
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
LSM/Figur
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
LSM/Figur
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Pemerintah
PSN Papua, Menteri ATR Nusron Wahid Singgung Swasembada Pangan Butuh Perluasan Lahan
PSN Papua, Menteri ATR Nusron Wahid Singgung Swasembada Pangan Butuh Perluasan Lahan
Pemerintah
Hadapi Gelombang Panas Ekstrem, Spanyol Bangun Jaringan Penampungan
Hadapi Gelombang Panas Ekstrem, Spanyol Bangun Jaringan Penampungan
Pemerintah
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Pemerintah
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Pemerintah
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
Pemerintah
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Pemerintah
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Pemerintah
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
LSM/Figur
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau