Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 23 Desember 2023, 18:59 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Siapa yang tidak suka liburan? Berjemur di pantai atau mendaki gunung, semua orang butuh istirahat dari kesibukan sehari-hari untuk bersenang-senang.

Menarik jika kita membandingkan jenis liburan berbeda untuk melihat peringkat dari perspektif berkelanjutan, sebagaimana tengah banyak didengungkan saat ini.

Baca juga: Orang Indonesia Rela Bayar Lebih untuk Produk Ramah Lingkungan

Dilansir dari Brightly, limbah, konsumsi energi, emisi karbon, dan dampak terhadap masyarakat merupakan faktor yang memengaruhi penentuan peringkat jenis liburan yang paling, dan paling tidak ramah lingkungan.

Brightly membatasi pada jenis liburan di pantai, berkemah, menginap atau staycation.

Setiap jenis liburan mendapat penilaian 20 poin berdasarkan faktor peringkat. Setiap kategori diberi skor dari 1 hingga 5, dengan nilai 1 untuk kategori paling tidak ramah lingkungan dan nilai 5 untuk paling ramah lingkungan.

Berikut hasilnya:

Ilustrasi staycation di hotel. (Dok. Shutterstock/ De Boyloso) Ilustrasi staycation di hotel. (Dok. Shutterstock/ De Boyloso)
1. Staycation atau menginap 

Jenis liburan ini memiliki skor otal: 18/20
• Limbah: 4/5
• Energi: 4/5
• Emisi Karbon: 5/5
• Dampak Komunitas: 5/5

Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk lingkungan adalah tetap di rumah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika staycation menduduki peringkat salah satu liburan paling ramah lingkungan yang dapat Anda lakukan.

Staycation adalah apa yang Anda lakukan. Bagi sebagian orang, staycation artinya Anda mengambil cuti kerja dan tinggal di rumah.

Itu sama ramah lingkungannya. Tidak membutuhkan transportasi. Bahkan jika Anda sering bepergian, tetap tinggal di daerah setempat masih memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan perjalanan jarak jauh.

Selain itu, Anda dapat meninggalkan mobil di rumah dan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum untuk mengurangi jejak karbon.

Dari segi sampah, staycation bisa lebih mudah dikelola. Di rumah, Anda memiliki pilihan untuk melakukan daur ulang atau pengomposan sendiri.

Saat Anda membuat makanan, dapat menyimpan sisa makanan di lemari es dan memakannya nanti untuk mengurangi sisa makanan.

Tetap berada di daerah setempat juga berarti Anda memahami peraturan sampah setempat. Dan karena Anda tidak bepergian jauh, kemungkinan besar akan menghasilkan lebih sedikit sampah dibandingkan jika melakukan perjalanan jarak jauh dalam jangka waktu yang lebih lama.

Staycation juga lebih cenderung membutuhkan penggunaan energi yang lebih sedikit dibandingkan liburan lainnya. Namun, jika Anda memilih untuk menginap di hotel lokal, penggunaan energi akan meningkat.

Untuk menjaga kenyamanan para tamu, rata-rata hotel menghabiskan 2.196 dollar AS per kamar per tahun untuk biaya energi.

Saat Anda mencari hotel, pilihlah opsi lokal atau jaringan hotel yang memprioritaskan lingkungan. Mesin pencarian dapat membantu dalam hal ini, karena Anda kini dapat menelusuri hotel yang "Bersertifikat Ramah Lingkungan".

Terakhir, mari kita pertimbangkan dampaknya terhadap komunitas. Di sinilah mentalitas “berbelanja kecil-kecilan” berperan.

Pilih hotel milik warga lokal, tempat tidur dan sarapan, atau platform perjalanan daripada jaringan hotel jika memungkinkan.

Berjalanlah ke kedai kopi lokal dengan tumbler yang dapat digunakan kembali dan pesan minuman favorit Anda. Manjakan diri Anda dengan makan malam menyenangkan di restoran lokal yang ingin Anda coba.

Secara umum, kembalikan uang Anda ke komunitas Anda untuk mendapatkan dampak positif terbesar.

Ilustrasi kemah di tenda.Darrin Klimek Ilustrasi kemah di tenda.
2. Berkemah

Skor Total: 17/20

• Limbah: 4/5
• Energi: 5/5
• Emisi Karbon: 4/5
• Dampak Komunitas: 4/5

Perjalanan berkemah adalah salah satu pilihan liburan paling ramah lingkungan. Anda memiliki kekuatan untuk mengontrol berapa banyak sampah yang dihasilkan dan berapa banyak energi yang digunakan.

Cara paling umum untuk mencapai lokasi perkemahan Anda adalah dengan mobil. Meskipun mengemudi memang mengeluarkan emisi karbon yang signifikan, penelitian sebelumnya menemukan bahwa ini bukanlah moda transportasi yang terburuk, terutama jika Anda berkendara bersama teman dan keluarga ke lokasi perkemahan.

Jika berkemah di daerah setempat, Anda dapat menjadikan perjalanan lebih ramah lingkungan dengan berjalan kaki atau bersepeda ke lokasi.

Merencanakan perjalanan berkemah ada di tangan Anda; oleh karena itu, Anda dapat memilih untuk menghindari plastik sekali pakai untuk makanan dan air.

Sebagai gantinya, Anda dapat menggunakan botol air yang dapat digunakan kembali, gelas berinsulasi, serbet kain, peralatan makan yang dapat dicuci, kantong sandwich silikon, dan kantong es yang dapat digunakan kembali untuk pendingin.

Saat mengemas makanan, Anda dapat mengurangi jejak karbon dengan menyiapkannya terlebih dahulu di rumah. Bawalah makanan tersebut ke dalam wadah yang dapat digunakan kembali, dan kemas hanya apa yang Anda tahu perlu untuk mengurangi sisa makanan.

Dan kapan Anda perlu ke kamar kecil? Gunakan fasilitas kamar mandi perkemahan, jika tersedia. Hal ini lebih baik bagi lingkungan karena tidak berdampak pada wilayah setempat.

Namun, jika itu bukan pilihan, berinvestasilah pada toilet portabel yang dapat dilipat. Atau jika memang diperlukan, galilah lubangnya.

Jika Anda harus menggali lubang, pastikan kedalamannya sekitar sembilan inci dan lebih dari 60 meter dari sumber air atau tempat perkemahan lainnya.

Yang terpenting, pastikan untuk memeriksa peraturan perkemahan Anda, karena ini tidak berlaku di semua tempat.

Kebanyakan perjalanan berkemah tidak memerlukan banyak energi. Mungkin beberapa baterai yang dapat diisi ulang di senter atau lentera sehingga Anda dapat bernavigasi dalam kegelapan.

Namun selain itu, banyak orang yang berkemah mengandalkan api unggun sebagai sumber penerangan dan panas utama.

Sisi negatifnya adalah api unggun dapat berdampak negatif terhadap planet ini, mencemari udara dan sumber air di sekitar tempat satwa liar bergantung.

Api unggun juga berkontribusi terhadap kebakaran hutan di daerah kering. Usahakan hanya menggunakan api unggun saat Anda sedang memasak atau membutuhkan kehangatan. Selain itu, selalu gunakan lubang api dan ikuti peraturan keselamatan api unggun.

Ada juga cara lain untuk menjadi ramah lingkungan saat berkemah. Gunakan panel surya portabel untuk mengisi daya ponsel Anda dan mengemas perlengkapan ramah lingkungan.

Jika Anda menggunakan propana, yang dianggap sebagai bahan bakar rendah karbon, pilihlah botol propana yang dapat diisi ulang daripada silinder propana individual. Tangki pembuangan propana sulit untuk didaur ulang dan sering kali dibuang secara tidak benar.

Secara keseluruhan, berkemah adalah cara yang bagus untuk melepaskan penat dan lelah diri, sambil tetap sadar lingkungan.

Perjalanan berkemah membutuhkan waktu yang berkualitas untuk menjauh dari teknologi, meningkatkan hubungan dengan alam, mengurangi stres, dan banyak lagi. Anda juga kemungkinan besar akan merasakan kualitas udara yang lebih baik di alam terbuka!

Selama Anda berkemah dengan penuh perhatian, dampak keseluruhan terhadap masyarakat dan lingkungan bisa positif.

Ilustrasi liburan.Unsplash/Vidar Nordli-Mathisen Ilustrasi liburan.
3. Libur di pantai

Skor Total: 20/7

• Limbah: 1/5
• Energi: 2/5
• Emisi Karbon: 2/5
• Dampak Komunitas: 2/5

Ketika kita berbicara tentang liburan pantai, kebanyakan membahas tentang pilihan resor. Beberapa resor membanggakan diri sebagai surga yang seluruhnya inklusif, namun mereka tidak selalu merinci praktik keberlanjutannya.

Dalam hal transportasi, liburan ke pantai mungkin memerlukan sarana perjalanan selain mobil, kecuali jika Anda tinggal di atau dekat kota pantai.

Meskipun pesawat terbang mengangkut banyak orang sekaligus, pesawat tetap menggunakan banyak bahan bakar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.

Satu penerbangan menghabiskan 8.255 galon bahan bakar. Sebagai gambaran, jika ada 87.000 penerbangan per hari, berarti 718 juta galon bahan bakar terbakar.

Selain itu, bahan bakar jet menghasilkan 21 pon karbon dioksida (CO?) per galon. Secara keseluruhan, perjalanan udara menghasilkan sekitar 1 gigaton CO? ke atmosfer bumi setiap tahunnya, jadi sebaiknya hindari penerbangan sebisa mungkin.

Liburan ke pantai mungkin juga sangat sia-sia. Resor all-inclusive sering kali menggunakan plastik sekali pakai seperti gelas di bar pantai, atau peralatan makan siang Anda di atas air. Dan kita tidak asing dengan foto-foto pantai yang viral setelah liburan musim semi.

Menurut World Crunch, sekitar 200 juta orang melakukan perjalanan ke Mediterania untuk berlibur, dan selama musim tersebut, jumlah sampah meningkat sekitar sepertiganya.

Karena destinasi pantai sangat dekat dengan lautan, sangat penting untuk memastikan liburan Anda sesedikit mungkin menghasilkan limbah. Tapi, hal itu hampir mustahil tergantung ke mana Anda bepergian.

Di beberapa belahan dunia, air keran tidak aman untuk diminum. Oleh karena itu, banyak resor pantai yang menghabiskan ribuan botol air.

Misalnya, sebuah resor di Thailand mengirimkan 250.000 botol air plastik ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya sebelum beralih ke botol kaca. Cobalah untuk menemukan resor yang menerapkan langkah-langkah berkelanjutan.

Sampah makanan juga menjadi masalah di resor all-inclusive, karena para tamu memiliki akses tak terbatas terhadap apa pun yang mereka ingin makan sepanjang hari.

Apa pun yang tidak dimakan akan dibuang ke tempat sampah. Carilah resor yang berupaya mengatasi masalah ini.

Resor pantai yang lengkap juga membutuhkan banyak energi untuk mempertahankan kenyamanannya. Ada kolam renang, bak mandi air panas, sauna, dan spa. Belum lagi, banyak kamar dan tamu yang membutuhkan banyak energi.

Resor juga terkenal memiliki jejak air yang tinggi, dan sayangnya, limbah tidak selalu mengalir ke tempat yang seharusnya. Sebaliknya, malah berakhir di saluran air.

Dalam hal dampak terhadap komunitas, tinjauannya beragam. Di satu sisi, sebagian besar pekerjaan hotel tidak dibayar dengan baik dan membutuhkan jam kerja yang ganjil.

Menurut Federasi Pekerja Transportasi Internasional, sebagian besar pekerja resor all-inclusive mendapatkan kontrak jangka pendek dengan sedikit tunjangan, sedikit atau tanpa jaminan kerja, jam kerja yang lebih lama, dan lembur yang tidak dibayar. Dan yang lebih parah lagi, banyak pekerja yang tidak memberikan banyak tip. 

Tentu saja, peringkat ini dapat diimbangi dengan tetap berada di lokasi lokal atau menggunakan dompet Anda dengan bijak.

Dengan memberikan uang Anda untuk komunitas lokal, berbelanja di UMKM, mengikuti tur lokal, makan makanan lokal, dan memastikan Anda tidak ikut serta dalam pariwisata yang mengeksploitasi karyawan atau lingkungan, dampak liburan Anda terhadap komunitas bisa lebih positif.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
LSM/Figur
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Swasta
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau