KOMPAS.com - Lautan berperan penting dalam upaya melawan perubahan iklim. Peran lautan rupanya jauh melampaui ekspektasi manusia.
Salah satu peran penting dari lautan dalam melawan perubahan iklim adalah kemampuannya dalam menyimpan karbon.
Karena kemampuannya, maka muncul istilah karbon biru untuk menyebutkan kemampuan lautan dalam menyimpan karbon.
Dilansir dari Earth.org, berikut pengertian karbon biru beserta potensinya.
Baca juga: Optimalisasi Ekonomi Biru Bisa Ciptakan 12 Juta Lapangan Kerja
Cara paling berkelanjutan untuk menekan emisi di atmosfer adalah dengan cara menguranginya secara efektif.
Di satu sisi, penyimpanan karbon juga memainkan peran penting dalam menyerap karbon dioksida yang telah dilepaskan ke atmosfer.
Penyimpanan karbon menggambarkan proses di mana karbon diserap dari atmosfer dan disimpan dalam tempat yang disebut sumber karbon.
Karbon biru mengacu pada karbon yang ditangkap oleh ekosistem laut. Diketahui bahwa karbon dioksida merupakan salah satu GRK utama penyebab perubahan iklim.
Baca juga: 7 Tahun Lagi, Nilai Tambah Ekonomi Biru Bisa Capai Rp 465 Kuadriliun
Sejauh ini, hutan dan pepohonan dianggap sebagai penyerap karbon alami. Upaya untuk mendorong penyerapan karbon alami sebagian besar terfokus pada konservasi hutan dan pepohonan.
Namun, temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa ekosistem laut dapat menghilangkan lebih banyak karbon dari atmosfer dibandingkan dengan hutan di daratan.
Minat dunia terhadap karbon biru dan potensinya dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim juga menjadi semakin meningkat.
Ekosistem vegetasi di pesisir dapat berkontribusi yang sangat besar terhadap penyerapan karbon global.
Dari segi vegetasi, rawa pesisir, hutan bakau, dan rumput laut, baik di pesisir maupun di bawah air, merupakan penyerap karbon yang sangat kuat.
Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru
Ekosistem tersebut menyimpan karbon dioksida yang ditangkap di tanah dan sedimen, yang dapat disimpan selama ribuan tahun.
Lamun, misalnya, meskipun hanya menutupi sekitar 0,1 persen dasar laut, diperkirakan menyimpan sekitar 10 hingga 18 persen karbon lautan.
Jumlah karbon terbesar yang disimpan di lautan diserap oleh air itu sendiri. Diperkirakan lautan mampu mengkonsentrasikan karbon 50 kali lebih banyak dibandingkan atmosfer.
Namun demikian, para peneliti khawatir bahwa perubahan iklim dan pengasaman laut akan mengurangi potensi laut dalam menyerap karbon.
Baca juga: OIKN Luncurkan Cetak Biru Perubahan Iklim pada COP28 di Dubai
Sejauh ini, beberapa pendekatan telah diusulkan untuk memanfaatkan potensi karbon biru, contohnya perluasan hamparan rumput laut alami, lamun, atau bakau.
Namun, kendala dan kekhawatiran utama terkait karbon biru adalah laju hilangnya ekosistem laut.
Menurut perkiraan, 2-7 persen dari ekosistem lautan hilang setiap tahunnya, lebih cepat dibandingkan hilangnya hutan hujan dunia.
Hal ini tidak hanya berarti berkurangnya karbon yang diserap namun juga karbon yang sebelumnya tersimpan dilepaskan ke atmosfer, sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global.
Baca juga: Memahami Ekonomi Hijau dan Biru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya