Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Optimalisasi Ekonomi Biru Bisa Ciptakan 12 Juta Lapangan Kerja

Kompas.com, 19 Desember 2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, potensi dari ekonomi biru di Indonesia sangat besar.

Akan tetapi, besarnya potensi tersebut tidak berbanding lurus dengan pengembangannya.

Padahal, bila dikembangkan secara optimal, ekonomi biru bisa menciptakan jutaan lapangan kerja, meningkatkan energi terbarukan, hingga ketersediaan pangan.

Baca juga: 7 Tahun Lagi, Nilai Tambah Ekonomi Biru Bisa Capai Rp 465 Kuadriliun

"Mungkin yang dieksploitasi itu baru beberapa persen saja di seluruh muka bumi," kata Suharso dalam "Indonesia Development Forum 2023" di Batam, Kepulauan Riau, Senin (18/12/2023).

Organisation for Economic Co-operation and Development memproyeksikan nilai tambah ekonomi biru secara global mencapai 30 triliun dollar Amerika Serikat (AS) pada 2030.

Ekspor barang berbasis laut yang sebesar 1,3 triliun dollar AS pada 2020 juga memperlihatkan potensi besar dari ekonomi biru.

Bahkan, ketika pandemi Covid-19 terjadi, ekspor yang berbasis produk laut hanya turun 3,2 persen, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru

Apabila potensi ekonomi biru yang sangat besar mampu dioptimalkan, manfaat yang bisa diperoleh mulai dari keuntungan ekonomi hingga memberikan perlindungan efektif terhadap habitat kehidupan, terutama biodiversitas.

Pemanfaatan ekonomi biru juga bisa menekan emisi gas rumah kaca (GRK) turun hingga 20 persen.

"(Misalnya), 56-58 persen terumbu karang di dunia ada di Indonesia, dan sebagian besar ada di Raja Ampat (Papua) dan di Laut Sawu (Nusa Tenggara Timur). Luar biasa besar kapasitas terumbu karang, bahkan bisa 20 kali pada luas yang sama terhadap luas hutan," ucapnya.

Ekonomi biru mampu menciptakan 12 juta lapangan kerja pada 2030, menyediakan energi terbarukan 40 kali lebih besar pada 2050, serta peningkatan enam kali lipat ketersediaan pangan berbasis laut pada 2050.

Baca juga: OIKN Luncurkan Cetak Biru Perubahan Iklim pada COP28 di Dubai

Selain itu, keuntungan investasi laut yang berkelanjutan diperkirakan juga sekitar 15,5 triliun dollar AS pada 2050.

Indonesia sendiri memiliki luas laut teritorial sebesar 290.000 kilometer (km) persegi, terletak di antara dua samudra dan dua benua, memiliki banyak laut, pulau, hingga selat, menjadi penghubung lalu lintas perdagangan internasional dengan memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Menurut dia, lautan Indonesia yang luas adalah modalitas penting. Misalnya, di Laut Natuna terdapat kandungan volume gas sebanyak 222 trillion cubic feet (tcf) dengan cadangan sebesar 46 tcf.

Natuna juga memiliki potensi perikanan yang mencapai 504.000 ton per tahun, dan hampir sepertiga pelayaran dunia itu melalui Laut Natuna.

"Kita tentu bukan hanya memiliki Natuna, kita punya Selat Malaka, Teluk Cendrawasih (Kabupaten Biak Numfor, Papua), Selat Capalulu (Maluku Utara), dan masih banyak lagi,” ujar Suharso.

Baca juga: Memahami Ekonomi Hijau dan Biru

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ahli Sebut Pemotongan Dana Ancam Kesehatan Reproduksi Global
Ahli Sebut Pemotongan Dana Ancam Kesehatan Reproduksi Global
LSM/Figur
Jerman Kucurkan 1,15 Miliar Dollar AS untuk Dana Tropical Forest Forever Facility
Jerman Kucurkan 1,15 Miliar Dollar AS untuk Dana Tropical Forest Forever Facility
Pemerintah
Harga Kredit Karbon Melesat Tinggi Akibat Laju Emisi Teknologi
Harga Kredit Karbon Melesat Tinggi Akibat Laju Emisi Teknologi
Swasta
Harga Vaksin Malaria Turun, Selamatkan 7 Juta Anak Tambahan hingga 2030
Harga Vaksin Malaria Turun, Selamatkan 7 Juta Anak Tambahan hingga 2030
Pemerintah
Belantara Foundation: Mangrove Jadi Penyangga Kehidupan dan Atasi Krisis Iklim
Belantara Foundation: Mangrove Jadi Penyangga Kehidupan dan Atasi Krisis Iklim
Pemerintah
BRIN Ungkap Sulitnya Temukan Rafflesia karena Tumbuh di Wilayah Terpencil
BRIN Ungkap Sulitnya Temukan Rafflesia karena Tumbuh di Wilayah Terpencil
Pemerintah
Rambah Taman Nasional Kutai, Pemuda di Kaltim Terancam 10 Tahun Penjara
Rambah Taman Nasional Kutai, Pemuda di Kaltim Terancam 10 Tahun Penjara
Pemerintah
Greenpeace Kritisi COP30 yang Tak Berkomitmen Kuat Hentikan Energi Fosil
Greenpeace Kritisi COP30 yang Tak Berkomitmen Kuat Hentikan Energi Fosil
LSM/Figur
Peneliti BRIN Temukan Spesies Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat
Peneliti BRIN Temukan Spesies Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat
Pemerintah
Studi: Sejumlah Kecil Plastik Mematikan Bagi Hewan Laut
Studi: Sejumlah Kecil Plastik Mematikan Bagi Hewan Laut
Pemerintah
Seni Tani, Gerakan Anak Muda di Bandung Sulap Lahan Kosong Jadi Cuan
Seni Tani, Gerakan Anak Muda di Bandung Sulap Lahan Kosong Jadi Cuan
Swasta
Google Luncurkan Alat untuk Bantu Manufaktur Lebih Hemat Energi
Google Luncurkan Alat untuk Bantu Manufaktur Lebih Hemat Energi
Pemerintah
Sampah Jadi Energi, Namun Tata Kelola Masih Berantakan
Sampah Jadi Energi, Namun Tata Kelola Masih Berantakan
Pemerintah
Perguruan Tinggi RI Masih Terlalu Akademik, Model Pendidikan Apa yang Cocok di Tengah Ketidakpastian Global?
Perguruan Tinggi RI Masih Terlalu Akademik, Model Pendidikan Apa yang Cocok di Tengah Ketidakpastian Global?
LSM/Figur
Beasiswa Teladan Cetak Lulusan Berpola Pikir Berkelanjutan dan Adaptif Terhadap Ketidakpastian Global
Beasiswa Teladan Cetak Lulusan Berpola Pikir Berkelanjutan dan Adaptif Terhadap Ketidakpastian Global
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau