KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, potensi dari ekonomi biru di Indonesia sangat besar.
Akan tetapi, besarnya potensi tersebut tidak berbanding lurus dengan pengembangannya.
Padahal, bila dikembangkan secara optimal, ekonomi biru bisa menciptakan jutaan lapangan kerja, meningkatkan energi terbarukan, hingga ketersediaan pangan.
Baca juga: 7 Tahun Lagi, Nilai Tambah Ekonomi Biru Bisa Capai Rp 465 Kuadriliun
"Mungkin yang dieksploitasi itu baru beberapa persen saja di seluruh muka bumi," kata Suharso dalam "Indonesia Development Forum 2023" di Batam, Kepulauan Riau, Senin (18/12/2023).
Organisation for Economic Co-operation and Development memproyeksikan nilai tambah ekonomi biru secara global mencapai 30 triliun dollar Amerika Serikat (AS) pada 2030.
Ekspor barang berbasis laut yang sebesar 1,3 triliun dollar AS pada 2020 juga memperlihatkan potensi besar dari ekonomi biru.
Bahkan, ketika pandemi Covid-19 terjadi, ekspor yang berbasis produk laut hanya turun 3,2 persen, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru
Apabila potensi ekonomi biru yang sangat besar mampu dioptimalkan, manfaat yang bisa diperoleh mulai dari keuntungan ekonomi hingga memberikan perlindungan efektif terhadap habitat kehidupan, terutama biodiversitas.
Pemanfaatan ekonomi biru juga bisa menekan emisi gas rumah kaca (GRK) turun hingga 20 persen.
"(Misalnya), 56-58 persen terumbu karang di dunia ada di Indonesia, dan sebagian besar ada di Raja Ampat (Papua) dan di Laut Sawu (Nusa Tenggara Timur). Luar biasa besar kapasitas terumbu karang, bahkan bisa 20 kali pada luas yang sama terhadap luas hutan," ucapnya.
Ekonomi biru mampu menciptakan 12 juta lapangan kerja pada 2030, menyediakan energi terbarukan 40 kali lebih besar pada 2050, serta peningkatan enam kali lipat ketersediaan pangan berbasis laut pada 2050.
Baca juga: OIKN Luncurkan Cetak Biru Perubahan Iklim pada COP28 di Dubai
Selain itu, keuntungan investasi laut yang berkelanjutan diperkirakan juga sekitar 15,5 triliun dollar AS pada 2050.
Indonesia sendiri memiliki luas laut teritorial sebesar 290.000 kilometer (km) persegi, terletak di antara dua samudra dan dua benua, memiliki banyak laut, pulau, hingga selat, menjadi penghubung lalu lintas perdagangan internasional dengan memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
Menurut dia, lautan Indonesia yang luas adalah modalitas penting. Misalnya, di Laut Natuna terdapat kandungan volume gas sebanyak 222 trillion cubic feet (tcf) dengan cadangan sebesar 46 tcf.
Natuna juga memiliki potensi perikanan yang mencapai 504.000 ton per tahun, dan hampir sepertiga pelayaran dunia itu melalui Laut Natuna.
"Kita tentu bukan hanya memiliki Natuna, kita punya Selat Malaka, Teluk Cendrawasih (Kabupaten Biak Numfor, Papua), Selat Capalulu (Maluku Utara), dan masih banyak lagi,” ujar Suharso.
Baca juga: Memahami Ekonomi Hijau dan Biru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya