Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch N Kurniawan
Dosen

Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University | Praktisi Kehumasan | Mantan Jurnalis Energi, Lingkungan, Olahraga

Debat Cawapres: Membedah Isu Pembangunan Berkelanjutan Muhaimin, Gibran, Mahfud

Kompas.com - 23/01/2024, 10:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Misalnya, penggunaan mineral kritikal seperti nikel dan lain-lain sebagai elemen penyimpan energi untuk kendaraan listrik, ataupun pemanfaatan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.

Saat menanggapi pertanyaan pakar pun, Muhaimin keliru dengan menyebutkan transisi energi baru terbarukan.

Hal negatif lainnya adalah ia kembali menyerang soal hak guna lahan 500.000 hektare dari seseorang. Sementara jika dirunut ke belakang, hak guna lahan tersebut juga diawali dengan pemberian lampu hijau dari salah satu petinggi negara saat itu, yang sekarang mendukung Anies-Gus Imin.

Kemudian soal pernyataan Muhaimin yang setuju bahwa deforestasi saat ini sama banyaknya dengan periode pemerintahan sebelumnya, ini menimbulkan tanda tanya karena menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang dianggap gagal menangani area kehutanan saat ini berasal dari salah satu partai politik yang mengusung Muhaimin.

Ini seperti menyerang pemerintah sekarang, tapi serangan tersebut mengenai diri sendiri.

Satu hal kecil yang tidak luput dari observasi adalah sentilan Gibran kepada Muhaimin mengenai penggunaan botol plastik dari Muhaimin dan para pendampingnya saat debat yang tidak ramah lingkungan.

Sementara Gibran dan Mahfud sudah memakai botol kaca yang bisa dipakai ulang. Konsistensi dari tulisan, lisan dan perbuatan tentu masih menjadi pertanyaan.

Gibran Rakabuming Raka

Gibran kembali membawa narasi keberlanjutan dan penyempurnaan. Ia mengangkat hilirasi nikel, timah dan tambang lainnya, pertanian, maritim, digital, mengurangi energi fosil dengan transisi energi (biofuel) menuju energi hijau, mendorong energi baru terbarukan.

Ia juga menyorot kerja sama pentahelix, membuka 19 juta lapangan kerja dengan 5 juta di antaranya green jobs, keberpihakan ke petani melalui ketersediaan pupuk dan bibit, menjaga ketahanan pangan, meningkatkan produktivitas petani melalui mekanisasi, smartfarming buat generasi muda, anggaran dana desa ditingkatkan sesuai kemampuan fiskal, dan menyebut prinsip SDG “Leave no one behind”.

Pidato Gibran saat pembukaan debat masih sesuai dengan visi misi program tertulis Prabowo-Gibran, tetapi sedikit terbolak-balik. Hilirisasi, misalnya, adalah misi ke-5, yakni melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi.

Kemudian ketahanan pangan, petani sejahtera, dan energi hijau sesuai dengan misi ke-2 tentang kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi hijau dan biru.

Sedangkan green jobs selaras dengan misi ke-3 tentang meningkatkan lapangan kerja, dan meningkatkan dana desa sesuai misi ke-6, yakni membangun desa dari bawah.

Satu poin penting dalam hal kesetaraan gender, penguatan SDM, kesehatan yang merupakan misi ke-4, seharusnya bisa juga diangkat dalam debat karena masih terkait dengan pembangunan berkelanjutan, namun hal ini tidak muncul.

Demikian juga beberapa pencapaian pemerintah lainnya terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan seharusnya juga dapat dipaparkan secara singkat dalam debat.

Poin-poin positif Gibran lainnya adalah menyentil soal penggunaan botol plastik yang tidak ramah lingkungan serta mengangkat LFP vs nikel kepada Muhaimin, menyorot isu greenflation – inflasi akibat naiknya produksi dan kebutuhan mineral kritis seperti lithium, nikel, tembaga pada masa transisi energi, mengangkat legalisasi 110 juta tanah dengan pembuatan sertifikat tanah oleh pemerintah.

Ia hanya menjawab dengan sebagian benar bahwa kebijakan pembangunan rendah karbon terkait dengan pajak karbon, dan carbon capture and storage, namun Muhaimin dan Mahfud juga tidak bisa mengambil sisanya, misalnya, penanaman hutan dan sertifikasi sebagai cadangan karbon, penanaman dan wisata mangrove, pertanian tanpa pupuk kimia.

Hal negatif dari Gibran dalam debat kali ini bermula saat ia mengatakan tidur sewaktu ditanya tentang persiapan debatnya, bertolak belakang dengan kata pepatah bahwa melakukan latihan akan membuat sempurna.

Kemudian narasi keberlanjutan yang dibawa Gibran juga memiliki kelemahan karena salah satu poin debat cawapres adalah pembangungan berkelanjutan atau pembangunan yang memperhitungkan dampak positif dan negatif, bukan semata keberlanjutan atau melanjutkan pembangunan.

Gibran, pada pidato di awal debat, juga tidak memaparkan satu pesan kunci tentang prinsip keberlanjutan, yakni kemampuan generasi sekarang memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Di sinilah letak perbedaan mendasar dengan pidato Muhaimin dan Mahfud. Baru pada sesi berikutnya, Gibran menambahkan keseimbangan antara program pembangunan dengan kelestarian lingkungan, namun tentu bobotnya berbeda dengan sesi pidato.

Soal ketidakakurasian data, tidak hanya Muhaimin, ini juga menjadi catatan negatif bagi Gibran saat ia menyebut 1,5 juta hektare hutan adat sudah diakui. Ternyata salah dan hanya berjumlah 122.648 hektare setelah Kompas.com melakukan pengecekan.

Gimmick ataupun gestur Gibran juga menimbulkan kontroversi karena menggunakan istilah asing dan membuat gestur tubuh tertentu atau nada suara meninggi, yang bisa bermakna ganda, yakni adanya sisi humanis cawapres atau malah sebaliknya terlihatnya sisi ketidakhormatan kepada cawapres lain.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com