Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch N Kurniawan
Dosen

Dosen Ilmu Komunikasi Swiss German University | Praktisi Kehumasan | Mantan Jurnalis Energi, Lingkungan, Olahraga

Debat Cawapres: Membedah Isu Pembangunan Berkelanjutan Muhaimin, Gibran, Mahfud

Kompas.com - 23/01/2024, 10:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu, kata-kata kunci dalam visi misi dan program tertulis Prabowo – Gibran, yakni berkelanjutan (ditemukan 15 kali), hijau (11), biru (7), lingkungan (14) dan hak asasi/HAM (7), mayoritas tertinggal dari Anies dan Muhaimin terutama pada elemen berkelanjutan, hijau, lingkungan dan hak asasi/HAM.

Mahfud MD

Dalam pidato awal debat kali ini, Mahfud membicarakan filosofi hubungan Tuhan, manusia dan alam serta menyebut beberapa kearifan lokal dari Jawa, Bali, Sunda, dan prinsip turun menurun sudah ada untuk melindungi alam, termasuk UUD 1945.

Ia juga membahas keberpihakan kepada petani, nelayan, rakyat, dan alam agar tidak terjadi kerusakan alam.

Kemudian menyorot udara banyak tapi meracuni, investor masuk tapi rakyat menderita, rakyat saling bertengkar karena sumber daya alam (SDA) serta perlunya komitmen dan keberanian untuk menjaga hak-hak rakyat dan alam.

Mahfud membahas pengalamannya sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi bahwa ada empat tolok ukurnya untuk mengelola SDA agar berpihak kepada rakyat, yakni pemanfaatan, pemerataan, partisipasi masyarakat dan penghormatan pada kearifan lokal, diakhiri dengan menyentil program food estate yang gagal, merusak lingkungan, sehingga negara rugi.

Pidato Mahfud ini bersifat filosofis dan berbagi pengalaman yang tidak dimiliki cawapres lain, sehingga memberikan kekuatan tambahan terhadap visi misi program tertulis dari Ganjar Pranowo - Mahfud yang telah beredar.

Tercatat beberapa nilai positif dari pengalaman Mahfud sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi maupun Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Misalnya, terkait dengan penambangan, penebangan hutan ilegal dengan memberikan solusi penyelesaian dari hulu ke hilir serta perlunya keterbukaan informasi publik terkait persoalan ini.

Misalnya, data pemilik lahan ilegal harusnya terbuka secara keseluruhan, tapi saat ini masih rahasia dan hanya bisa dibuka bertahap satu persatu saat ada temuan, sehingga penyelesaian berbasis data tidak menyeluruh.

Kelemahan dari pidato Mahfud adalah visi misi program tertulis Ganjar - Mahfud yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan menjadi tidak tersampaikan dengan kuat dalam debat, yakni tentang prioritas misi ke-1 mempercepat manusia unggul (sehat, berpendidikan, tanpa kemiskinan), misi ke-2 tentang percepatan riset dan inovasi, misi ke-4 mempercepat Pembangunan ekonomi, misi ke-5 mempercepat pemerataan ekeonomi, misi ke-7 mempercepat perwujudan lingkugan hidup berkelanjutan.

Dua hal minus lainnya dalam debat adalah Mahfud nampaknya kerap kesulitan beradaptasi untuk memahami istilah dan isu-isu baru yang cepat berkembang. Misalnya, greenflation yang bisa jadi akan menjadi isu penting dalam waktu yang tidak lama lagi di Indonesia.

Satu hal negatif lainnya terkait ketidakakuratan data yang disampaikan Mahfud, yakni deforestasi 12,5 juta lahan hutan selama 10 tahun terakhir. Namun belakangan Kompas.com menemukan data bahwa menurut BPS ada deforestasi 3,84 juta hektare hutan.

Sedangkan dalam visi misi dan program Ganjar – Mahfud yang tertulis, kata kunci berkelanjutan (ditemukan 20 kali), hijau (15), ekonomi biru (9), lingkungan (22) dan hak asasi/HAM (15) relatif berimbang dengan Anies-Muhaimin dan lebih banyak dari Prabowo-Gibran.

Belajar

Pemimpin selalu memikirkan hal-hal yang bersifat strategis dan tidak mungkin tahu akan semua hal. Namun, mereka pasti mempunyai beberapa keahlian spesifik, serta mau dan mampu belajar secara cepat tentang hal-hal yang tidak atau belum mereka ketahui.

Maka, ekspektasi publik jika menghendaki pemimpin itu tahu segala hal dan bisa menjadi pahlawan setiap waktu tidaklah tepat.

Oleh sebab itu, pemimpin tentunya mempunyai para ahli pendamping yang harus mampu "mengolah" berbagai hal-hal baru, kompleks, maupun teknis menjadi isu-isu penting yang wajib diketahui para pemimpin sekaligus menjadi bahan dasar pengambilan keputusan.

Topik pembangunan berkelanjutan, keberlanjutan (sustainability) sebenarnya merupakan isu lama, namun baru belakangan melesat menjadi arus utama seiring dengan kerangka Environment, Social, and Governance/Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG).

Di sisi lain, pemahaman pemimpin negara, korporasi, organisasi sosial, dan masyarakat umum di Indonesia juga masih terus berkembang tentang hal ini.

Sehingga nantinya, pengalaman para cawapres sebagai pemimpin partai politik, menteri, ataupun wali kota yang akan membantu kepercayaan diri mereka untuk menganalisa dan mengambil keputusan dalam berbagai isu pembangunan berkelanjutan ini.

Oleh karenanya, saat ini, bagi saya, baik Cawapres Muhaimin, Gibran, dan Mahfud, karena masih sama-sama dalam tahap belajar isu pembangunan berkelanjutan, pada akhirnya debat tentang topik pembangunan berkelanjutan ini berakhir imbang. Kelebihan dan kekurangan para cawapres dalam topik ini masih bisa diterima.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com