KOMPAS.com - PT PLN (Persero) terus berupaya meningkatkan tata kelola risiko sustainability di sektor ketenagalistrikan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG).
Selama tahun 2023, PLN tercatat berhasil menurunkan ESG risk rating sebesar 8 poin dari 38,5 pada tahun 2022 menjadi 30,3 tahun 2023 berdasarkan hasil penilaian Sustainalytics. Hal ini merupakan yang terendah pada sektor utilitas kelistrikan di ASEAN.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, capaian ESG PLN ini berkaitan erat dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan.
Sejalan dengan upaya pemerintah melakukan transisi energi berkeadilan dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060 serta untuk mewujudkan sustainable development goals.
Baca juga: Sinarmas Land, Satu-satunya Pengembang Indonesia yang Masuk Top ESG Rating Asia 2024
“Kami bersyukur komitmen kuat PLN untuk mengaktualisasikan ESG mendapat penilaian apik, dengan ESG risk rating yang turun sebesar 8 poin dari tahun 2022. Tentu saja capaian ini tidak membuat kami berpuas diri, justru ini menjadi pemicu semangat seluruh insan PLN agar terus lebih baik lagi,” ujar Darmawan, dikutip dari laman PLN, Minggu (11/2/2024).
Beberapa kontributor utama penurunan risiko ESG PLN, kata dia, antara lain tata kelola risiko perubahan iklim, pelaporan emisi GRK (gas rumah kaca), program tata kelola air, pengembangan talenta, program keamanan siber (ISO 27001), hingga tax disclosure.
Untuk dekarbonisasi, ia menjabarkan, PLN berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2023 sebanyak 9,7 juta ton CO2e dibandingkan Business As Usual.
Selain itu, PLN melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang Blok 3 mulai menjual Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) pada bulan Oktober 2023 dengan kuota perdagangan sebanyak 900 ribu ton CO2e dan menjadikannya sebagai trader terbesar di bursa karbon.
"Sepanjang tahun lalu PLN juga berhasil menambah pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 296 Megawatt (MW)," ujarnya.
Selain itu, PLN juga telah memanfaatkan 1 juta ton biomassa untuk co-firing PLTU batu bara yang berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 1,05 juta ton CO2e.
Di tahun 2023, kata Darmawan, PLN juga terus membangun ekosistem kendaraan listrik dengan menyuplai listrik untuk 1.081 unit SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). Saat ini, SPKLU yang dioperasikan PLN mencapai 624 unit yang tersebar di 427 lokasi seluruh Indonesia.
Lalu, sebagai bentuk transparansi PLN dalam manajemen risiko ESG, PLN telah merilis Task Force on Climate-related Financial Disclosure Report, ESG Performance Report, serta melakukan pengisian kuisioner CDP (Climate Disclosure Project) pada Climate Change dan Water Security.
Baca juga:
PLN juga telah menerapkan mekanisme Risk Rating pembangkit dan gardu induk serta merilis kebijakan-kebijakan pada isu penting seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, pengadaan ramah lingkungan, kebijakan sosial untuk supplier dan kontraktor, hingga kebijakan berperilaku saling menghargai di tempat kerja.
“Kami menegaskan bahwa PLN siap menjalankan tugas mulia, yaitu menyediakan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang,” kata Darmawan.
Lebih lanjut, kata dia, PLN juga telah membentuk Komite Sustainability untuk terus meningkatkan kinerja ESG perusahaan. Komite ini akan berfokus pada akselerasi tiga workstreams utama penopang keberlanjutan yaitu ESG, Transisi Energi, dan Enablers.
Darmawan menyebut PLN berkomitmen melanjutkan berbagai upaya tersebut untuk mencapai ESG rating risk PLN yang lebih baik. Tahun 2024 ini ditargetkan ESG rating risk PLN bisa di bawah 30 atau masuk ke kategori medium.
”Kami menganggap ESG ini sangat serius untuk memastikan perusahaan bisa survive dan flourish. Dalam prosesnya, kita melakukan transformasi, karena PLN adalah perusahaan yang berorientasi pada masa depan,” pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya