JAKARTA, KOMPAS.com - Sinarmas Land Ltd merupakan satu-satunya pengembang Indonesia yang masuk dalam 2024 Top-Rated ESG Companies List untuk regional Asia Pasifik.
Dikutip dari Morningstar Sustainalytics, perusahaan yang kini dipimpin oleh Michael Widjaya tersebut, mencatat poin 14,5 alias low risk untuk risiko penerapan prinsip-prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
ESG Risk Ratings dari Morningstar Sustainalytics memiliki lima kategori tingkat keparahan risiko ESG yang dapat berdampak pada nilai perusahaan suatu perusahaan.
Baca juga: Investasi Tambang Terhambat jika Tak Terapkan ESG
Kelima kategori tingkat keparahan risiko dalam ESG Risk Ratings adalah negligible, low risk, medium risk, high risk, dan severe.
Negligible mensyaratkan skor 0-10, low risk 10-20, medium risk dengan skor 20-30, high risk skornya 30-40, dan severe dengan skor di atas 40.
Semakin rendah skornya, semakin rendah risiko keparahan ESG dari perusahaan tersebut.
Dilansir dari situsnya, ESG Risk Ratings mengukur paparan perusahaan terhadap risiko-risiko ESG yang bersifat material dan spesifik pada suatu industri dan seberapa baik perusahaan mengelola risiko-risiko tersebut.
Pengukuran skor ESG tersebut menggabungkan konsep pengelolaan dan paparan untuk menghasilkan penilaian absolut terhadap risiko ESG.
Baca juga: Wujudkan Industri Berdaya Saing Global Perlu Terapkan ESG
Sinarmas Land Ltd merupakan perusahaan yang mengembangkan, menyewakan, dan mengelola properti di Indonesia, China, Malaysia, dan Singapura.
Perusahaan ini beroperasi di empat segmen properti Indonesia, properti internasional, properti Inggris, dan lainnya.
Segmen properti di Indonesia menyumbang sebagian besar pendapatan perusahaan, dengan sekitar 10.000 hektar lahan dengan proyek-proyek pengembangan kota, residensial, komersial, ritel, kawasan industri, dan properti perhotelan, serta layanan terkait properti.
Properti internasional memperoleh pendapatan dari investasi, pengembangan, dan pengelolaan properti komersial dan residensial di Malaysia, China, dan Singapura.
Sementara operasional lainnya termasuk kepemilikan investasi dan kantor perusahaan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya