KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, Sirkulasi Samudera Atlantik atau Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) dilaporkan mengalami kerusakan.
Dalam penelitian berjudul "Physics-based early warning signal shows that AMOC is on tipping course" yang diterbitkan jurnal Science Advances memperingatkan, kerusakan sirkulasi Samdera Atlantik merupakan sinyal merah yang harus diwaspadai umat manusia.
Untuk diketahui, AMOC adalah sirkulasi laut di Samudera Atlantik yang membawa panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik.
Baca juga: Gunung Es Terbesar Dunia Hanyut ke Samudera Atlantik Selatan, Ancam Kehidupan Satwa
Di dalam Lingkaran Arktik inilah, suhu panas, karbon, dan nutrisi yang terbawa daerah tropis mendingin dan tenggelam ke laut dalam.
Sirkulasi ini membantu mendistribusikan energi ke seluruh bumi dan memodulasi dampak pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.
Kini, sirkulasi tersebut mulai rusak karena mencairnya gletser Greenland dan lapisan es Arktik yang lebih cepat dari perkiraan karena pemanasan global dan perubahan iklim.
Mencapirnya berbagai lapisan es itu mengalirkan air tawar ke laut dan menghambat tenggelamnya air yang lebih asin dan hangat dari selatan.
Sejak 1950, AMOC dilaporkan telah mengalami perlambatan sebesar 15 persen berada pada kondisi terlemahnya dalam lebih dari 1.000 tahun.
Baca juga: Samudra Atlantik Utara Laporkan Suhu Terpanas, Capai 24,9 Derajat Celsius
Kini, dengan semakin melambat dan rusaknya sirkulasi Samudera Atlantik, para peneliti sepakat bahwa hal tersebut adalah kabar buruk bagi sistem iklim Bumi dan umat manusia.
Penelitian terbaru tersebut turut melakukan simulasi dan permodelan. Hasilnya, kerusakan AMOC dan lemahnya sirkulasinya dapat menyebabkan bencana besar.
Penelitian tersebut juga memetakan beberapa bencana akibat rusaknya AMOC.
Jika AMOC rusak, air laut di Atlantik akan naik satu meter di beberapa wilayah, sehingga menggenangi banyak kota pesisir.
Musim hujan dan kemarau di Amazon akan berubah, berpotensi mendorong kawasan hutan hujan yang sudah melemah tersebut melampaui titik kritisnya.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Badai Jadi Lebih Kuat
Suhu di seluruh dunia akan berfluktuasi jauh lebih tidak menentu. Belahan bumi selatan akan menjadi lebih hangat.
Eropa akan mengalami suhu dingin yang drastis dan curah hujan yang lebih sedikit.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya