Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2024, 21:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Januari 2024 menjadi bulan Januari terpanas sepanjang sejarah yang pernah tercatat secara global.

Menurut laporan layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), rata-rata suhu udara permukaan Bumi selama Januari 2024 mencapai 13,41 derajat celsius.

Suhu tersebut lebih tinggi 0,12 derajat celsius dibandingkan rekor Januari terpanas sebelumnya pada 2022.

Baca juga: Indonesia Alami Januari Terpanas Sejak 1981, Suhu Cetak Rekor Tertinggi

Selain itu, rata-rata suhu pada Januari 2024 juga lebih tinggi 0,7 derajat celsius dibandingkan bulan yang sama pada 1991.

Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, dunia mengawali tahun 2024 dengan Januari terpanas sepanjang sejarah.

"Bukan hanya Januari terpanas, kita juga baru saja mengalami periode 12 bulan yang lebih dari 1,5 derajat celsius di atas periode referensi pra-industri," kata Burgess dikutip dari keterangan pers C3S, Kamis (8/2/2024).

"Pengurangan emisi gas rumah kaca secara cepat adalah satu-satunya cara untuk menghentikan peningkatan suhu global," sambung Burgess.

Baca juga: Resmi, 2023 Dinobatkan Sebagai Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Dia menambahkan, Januari 2024 adalah bulan kedelapan yang secara berturut-turut memecahkan rekor terpanas untuk masing-masing bulan.

Anomali suhu global pada Januari 2024 lebih rendah dibandingkan enam bulan terakhir tahun 2023, namun lebih tinggi dibandingkan sebelum Juli 2023.

Suhu pada Januari 2024 lebih hangat 1,66 derajat celsius dibandingkan perkiraan suhu rata-rata bulan Januari pada 1850 hingga 1900, yang merupakan periode referensi pra-industri.

Suhu rata-rata global selama Februari 2023 sampai Januari 2024 juga memecahkan rekor tertinggi.

Baca juga: 2023 Jadi Tahun Terpanas Kedua di Inggris

Selama periode ini, suhu udara rata-rata global 0,64 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1991-2020.

Selain itu, suhu rata-rata selama 12 bulan terakhir itu juga 1,52 derajat celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu tahun 1850 sampai 1900.

El Nino mulai melemah di wilayah Pasifik khatulistiwa, namun suhu udara laut secara umum tetap berada pada tingkat yang sangat tinggi.

Baca juga: 10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Tangsel 37,6 Derajat Celsius

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau