Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sustainable Living" Makin Ngetren, L'Oréal Terapkan 100 Persen Energi Terbarukan

Kompas.com, 8 Maret 2024, 20:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

CIKARANG, KOMPAS.com - L'Oréal Indonesia mengumumkan pencapaian pengadaan 100 persen energi terbarukan di seluruh situs operasionalnya, dalam konferensi pers di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Kamis (7/3/2024).

Hal ini menandai perjalanan industri dalam merintis praktik bisnis berkelanjutan di Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim dan dekarbonisasi.

Presiden Direktur L'Oréal Indonesia Junaid Murtaza mengatakan, konsumen global saat ini juga semakin mengadopsi gaya hidup berkelanjutan (sustainable living). Perhatian terhadap pentingnya produk ramah lingkungan pun meningkat.

“Para konsumen sudah semakin peduli dengan produk-produk ramah lingkungan, dan bersedia membayar lebih mahal untuk memperolehnya,” ujar Junaid saat konferensi pers, Kamis.

Baca juga: Tiga Media Besar Inisiasi Konsorsium Keberlanjutan Pertama di Asia

Ia menjelaskan, berdasarkan tren konsumen terbaru dari IDN Research Institute, terdapat perubahan harapan dan perilaku konsumen yang signifikan terhadap kesadaran akan keberlanjutan lingkungan.

Total 88 persen dari kalangan muda menyatakan kekhawatiran mendalam tentang perubahan iklim.

Lebih lanjut, 94 persen dari mereka turut mendorong perubahan struktural yang perlu dilakukan pemerintah dan pihak swasta, lalu 82 persen bahkan bersedia membayar ekstra untuk produk ramah lingkungan.

Hal tersebut menyoroti adanya permintaan pasar yang signifikan untuk pilihan produk yang lebih berkelanjutan.

Transformasi menuju keberlanjutan

Junaid mengatakan, perusahaannya memulai transisi dalam pengadaan 100 persen energi terbarukan, sejak sekitar 10 tahun lalu.

Salah satu cara untuk mencapainya, adalah dengan pemasangan boiler listrik untuk menghilangkan penggunaan gas, dari sebelumnya boiler konvensional.

Upaya transformasi ini, kata dia, sejalan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan yaitu 'L'Oréal for the Future', dan misi pemerintah untuk mempercepat dekarbonisasi industri untuk mencapai target Net Zero Emission 2060 Indonesia.

Baca juga: Dorong Keberlanjutan dan Dampak Sosial, DBS Foundation Hibahkan Rp 8,2 Miliar

“Lebih dari satu abad yang lalu, kami sudah bergerak untuk ramah lingkungan. Sebagai pelopor industri kecantikan dan gerakan keberlanjutan, L’Oréal antusias menyambut peningkatan kesadaran untuk produk dan praktik yang lebih ramah lingkungan,” ujar Junaid.

Sebagai informasi, L’Oréal Indonesia memulai pengadaan energi terbarukan pada 2014, dengan mengadopsi energi terbarukan yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PLN Kracak untuk pabrik di Cikarang.

Pada 2017, kantor pusat dan gudang turut beralih ke solusi energi terbarukan. Pada akhir 2023, perusahaan semakin memperkuat komitmen untuk menghilangkan penggunaan gas dengan memasang boiler listrik sebagai teknologi pemanas yang lebih berkelanjutan untuk pabrik.

Alat pengolahan limbah pencucian di pabrik L'Oréal Indonesia KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Alat pengolahan limbah pencucian di pabrik L'Oréal Indonesia

Upaya ramah lingkungan lainnya

Pada tahun 2023, sebagai upaya berkelanjutan untuk menghilangkan penggunaan gas di pabrik, L’Oréal Indonesia mengadopsi teknologi inovatif untuk menggantikan bahan bakar tradisional yang menghasilkan emisi karbon seperti biomassa, gas, atau minyak bumi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau