KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengundang perusahaan di Belanda berinvestasi dalam bidang energi bersih di Indonesia.
Di samping, bidang investasi lain yang ditawarkan Arifin adalah infrastruktur ketenagalistrikan antarpulau.
Tawaran tersebut diutarakan Arifin dalam kunjungan kerjanya di Belanda sekaligus bertemu dengan Menteri Kebijakan Iklim dan Energi Belanda Rob Jetten, Senin (23/4/2024).
Baca juga: Perusahaan Listrik Global Bakal Lipatgandakan Energi Terbarukan 6 Tahun Lagi
"Indonesia juga memiliki sumber mineral yang dapat mendukung pelaksanaan transisi energi dan membuka kerja sama dalam pengembangan industri hilir," ujar Arifin dikutip dari siaran pers, Kamis (25/4/2024).
Selain kedua bidang tersebut, Arifin memaparkan peluang kerja sama di bidang biofuel.
Sementara itu, Jetten menyambut baik peluang kerja sama dengan Indonesia.
Jetten menyampaikan, pihaknya akan mengajak badan usaha Belanda, termasuk badan usaha di Uni Eropa.
Baca juga: Festival Energi Terbarukan 2024, Ajak Masyarakat Turunkan Emisi
Dia juga akan mengonsolidasikan dukungan pendanaan dan investasi pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan serta energi baru dan terbarukan.
Sebelumnya, pada 1 September 2022 di Bali, Arifin dengan Jetten melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) Cooperation in the Field of Energy Transition to Combat Climate Change di sela-sela penyelenggaraan Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM) G20.
Kala itu, keduanya juga menyaksikan penandatanganan Joint Study Agreement (JSA) antara PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Pondera Development BV.
Baca juga: 7 Negara Ini Andalkan Listrik Energi Terbarukan di Atas 99 Persen
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, realisasi investasi di sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) di Indonesia pada 2023 menurun bila dibandingkan 2022.
Dikutip dari publikasi Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2023 dari Kementerian ESDM, realisasi investasi EBTKE di Indonesia tercatat sekitar 1,5 miliar dollar AS.
Sedangkan pada 2022 dan 2021, investasi BTKE di Indonesia tercatat masing-masing 1,6 miliar dollar AS. Artinya, investasi pada 2023 lebih rendah 6,25 persen dari 2022 dan 2021.
Menurut publikasi Indonesia Energy Transition Outlook 2024 dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia membutuhkan antara 30-40 miliar dollar AS per tahun untuk transisi energi.
Akan tetapi, realisasi investasi untuk energi baru selalu lebih rendah dari kebutuhan, termasuk tahun 2023.
Baca juga: ATW Solar Dukung Realisasi TKDN Energi Terbarukan
Menurut IESR, ada beberapa hambatan yang menjadi penyebab sedikitnya investasi Indonesia seperti rendahnya suku bunga kredit nasional, hambatan kebebasan investasi, dan kebijakan yang tidak jelas.
Selain itu, kesiapan sosial juga masih belum berubah. Kesadaran masyarakat cukup tinggi tetapi tidak ada kemajuan signifikan dalam persiapan sumber daya manusia dalam transisi energi.
Di sisi lain, ada berbagai sumber pendanaan potensial untuk pembiayaan transisi energi di Indonesia seperti dukungan bilateral dan multilateral, sukuk hijau, pajak karbon, dan pasar karbon.
Namun, masih diperlukan berbagai perbaikan dalam hal kepastian peraturan, kelayakan proyek, transparansi dan kredibilitas, serta perlindungan lingkungan dan sosial untuk membuka potensi pembiayaan ini menjadi proyek-proyek yang nyata.
Baca juga: Investasi ke Energi Terbarukan Dapat Lipatgandakan Pertumbuhan Ekonomi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya