KOMPAS.com - Sejauh ini, sudah ada tujuh negara di dunia yang mengandalkan kebutuhan listriknya dari energi terbarukan di atas 99,7 persen.
Ketujuh negara tersebut adalah Albania, Bhutan, Etiopia, Islandia, Nepal, Paraguay, dan Republik Demokratik Kongo.
Energi terbarukan yang negara-negara tersebut manfaatkan berasal dari berbagai sumber seperti panas bumi, hidro, angin, dan matahari.
Baca juga: ATW Solar Dukung Realisasi TKDN Energi Terbarukan
Capaian tersebut disampaikan dari laporan dua lembaga internasional, International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (Irena).
Selain ketujuh negara tersebut, ada satu lagi negara yang mengandalkan energi terbarukan sebesar 98,38 persen yaitu Norwegia, sebagaimana dilansir Euronews, Kamis (18/4/2024).
Di samping itu, ada 40 negara di dunia yang mengandalkan suplai listrik dari energi terbarukan dengan bauran atas 50 persen.
Di antara berbagai jenis sumber energi terbarukan, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi teknologi dengan pengembangan yang paling pesat pada 2023.
PLTS berkontribusi sekitar 73 persen dari semua pengembangan energi terbarukan, disusul pembangkit listrik tenaga batu (PLTB) dengan 24 persen.
Studi yang dilakukan University of Exeter dan University College London memprediksi, PLTS akan menjadi sumber energi promer dunia pada 2050.
Baca juga: Perkembangan Energi Terbarukan Global: Besar, tapi Belum Sesuai Target
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, kapasitas energi terbarukan global mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Akan tetapi, hal tersebut masih belum sesuai dengan target iklim yang telah disepakati.
Lembaga think tank REN21 menyebutkan, kapasitas energi terbarukan global meningkat 36 persen tahun lalu hingga mencapai sekitar 472 gigawatt (GW).
Meski demikian, pengembangan tersebut masih jauh dari target 1.000 gigawatt (GW) per tahun untuk memenuhi komitmen iklim dunia. Di satu sisi, permintaan energi terus meningkat.
"Kenyataannya adalah permintaan energi meningkat pada saat yang sama, terutama di China, India, dan negara berkembang lainnya," kata Sekretaris Eksekutif REN21 Rana Adib, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (4/4/2024).
REN21 mengatakan, energi terbarukan masih terhambat oleh kurangnya investasi pada infrastruktur jaringan listrik.
Baca juga: Investasi ke Energi Terbarukan Dapat Lipatgandakan Pertumbuhan Ekonomi
Perkiraan proyek energi terbarukan sebesar 3.000 GW masih menunggu sambungan jaringan listrik pada tahun lalu.
Upaya lebih besar juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi energi dan menghapuskan subsidi bahan bakar fosil.
Total investasi energi terbarukan global mencapai 623 miliar dollar AS pada 2023, naik 8,1 persen dibandingkan 2022.
Padahal, diperkirakan butuh investasi 1,3 triliun dollar AS setiap tahun untuk memenuhi target iklim.
Pada perundingan iklim COP28 tahun lalu, negara-negara berjanji untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global dan melipatgandakan efisiensi energi pada 2030.
Baca juga: Pengembangan Energi Terbarukan Global Masih Timpang, Belum Selaras dengan Target 2030
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya