JAKARTA, KOMPAS.com - Perkumpulan Alumni Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Perluni UAJ) mendukung proses ekonomi hijau yang akan berdampak bagi masyarakat luas.
Dukungan tersebut sejalan dengan keinginan kuat Perluni Atma Jaya untuk berkontribusi bagi masyarakat dan wujud kecintaan kepada almamaternya.
Ketua Perluni UAJ Michell Suharli menegaskan hal itu saat memberikan sambutan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pengurus Perluni UAJ, Minggu (28/4/2024).
Rakernas Perluni UAJ kali ini mengusung tema “Jejak Perluni UAJ dalam Mendukung Sustainability dan Going Concern.”
Baca juga: Sektor Parekraf Jadi Katalisator Ekonomi Hijau dan Biru
Dalam konteks Perluni UAJ, keberlanjutan adalah kemampuan komunitas Atma Jaya untuk medukung proses ekonomi, lingkungan, dan sosial yang lebih baik.
Sementara going concern adalah kemampuan Komunitas Atma Jaya untuk mempertahankan kelangsungan karya sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi.
Ekonomi hijau dimaknai sebagai proses ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial menurut United Nation Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan PBB.
Menurut Ketua Umum Perluni UAJ Michell Suharli, ekonomi hijau tidak hanya mengacu pada kegiatan ekonomi yang menjaga lingkungan hidup, seperti menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan menghasilkan sedikit limbah.
Ekonomi hijau juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memastikan keadilan sosial.
Baca juga: Indonesia Peringkat 3 Indeks Ekonomi Hijau se-Asia Tenggara
“Sebagai alumni Unika Atma Jaya, kami ingin mendemonstrasikan kepada almamater dan masyarakat keterlibatan kami sebagai pribadi dengan karakter dan integritas yang berorganisasi secara matang dan bertanggung jawab,” ujar Michell.
Perluni UAJ memiliki peran yang signifikan bagi keunggulan kompetitif Unika Atma Jaya untuk bersaing dengan universitas lain.
Keunggulan kompetitif (competitive advantage) adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik, sumber daya, dan unsur sebuah organisasi untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi, dibandingkan organisasi lain pada industri atau pasar yang sama.
Keunggulan kompetitif harus diidentifikasi oleh masing-masing unsur komunitas Atma Jaya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, karyawan, alumni, mahasiswa, dan elemen lain.
Michell menuturkan, keunggulan kompetitif unsur alumni misalnya pendanaan, ketokohan, dan jejaring. Keunggulan kompetitif almamater (perguruan tinggi) misalnya ruang kegiatan, ketersediaan akademisi, dan akses literatur.
Sementara, keunggulan kompetitif mahasiswa adalah energi orang muda, ketersediaan waktu, dan akses SDM belum komersial.
Baca juga: Gen Z dan Milenial Desak Pemerintah Segera Transisi ke Ekonomi Hijau
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya