Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2024, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menempati peringkat tiga dari 10 negara dalam daftar Indeks Ekonomi Hijau Asia Tenggara 2024.

Indeks tersebut diluncurkan oleh perusahaan konsultan global Bain & Company berkolaborasi dengan GenZero, Standard Chartered Bank, dan Temasek.

Indeks Ekonomi Hijau Asia Tenggara 2024 mengkaji lima indikator dengan bobot yang berbeda-beda.

Baca juga: Subsidi Bahan Bakar Fosil di Asia Tenggara 5 Kali Lipat daripada Investasi Hijau

Kelima indikator tersebut adalah ambisi dengan bobot 20 persen, kemajuan berbobot 25 persen, peta jalan dengan bobot 20 persen, akselerator berbobot 25 persen, dan investasi dengan bobot 10 persen.

Dalam Indeks tersebut, Indonesia secara keseluruhan memperoleh skor 41 dari skala 100.

Peringkat pertama dan kedua masing-masing adalah Singapura dengan skor 55 dan Malaysia dengan skor 43.

Untuk Indonesia, indikator progres mendapatkan skor tertinggi yaitu 64. Disusul indikator ambisi dan peta jalan dengan skor masing-masing 43 dan 27.

Baca juga: Investasi Hijau di Asia Tenggara Tidak Sesuai Jalur

Berikut peringkat 10 negara dalam Indeks Ekonomi Hijau Asia Tenggara 2024:

  1. Singapura: 55
  2. Malaysia: 43
  3. Indonesia: 41
  4. Thailand: 39
  5. Filipina: 39
  6. Kamboja: 38
  7. Vietnam: 38
  8. Laos: 30
  9. Myanmar: 27
  10. Brunei Darussalam: 8

Direktur Pusat Inovasi Keberlanjutan Global di Bain & Company Dale Hardcastle mengatakan, indeks tersebut membantu memberikan gambaran obyektif tentang kinerja masing-masing negara dari tahun ke tahun.

Dia menambahkan, indeks tersebut juga menunjukkan gambaran umum mengenai bidang-bidang yang telah dikerjakan dengan baik dan kemajuan yang telah dicapai.

"Penting untuk dicatat bahwa indeks ini akan terus berkembang seiring penyesuaian di kawasan ini agar sesuai dengan kebutuhan pasar masing-masing," kata Hardcastle dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (22/4/2024).

Baca juga: Ahli Ungkap Tantangan Pengembangan UMKM Hijau, Kurang Pendanaan

Hardcastle menuturkan, indeks tersebut menunjukkan Asia Tenggara telah mengambil beberapa langkah yang baik dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Singapura dan Vietnam memperlihatkan kemajuan terbesar dalam mengurangi emisi GRK selama setahun terakhir.

Delapan dari 10 negara telah mempunyai target net zero emission (NZE). Lebih dari separuh perusahaan penghasil emisi terbesar di kawasan ini telah menetapkan target NZE atau target pengurangan emisi.

Selain itu, tujuh negara telah menunjukkan kemajuan dalam mengembangkan energi terbarukan, mengadopsi kendaraan listrik, melestarikan lahan hutan, dan meningkatkan kesehatan lahan pertanian.

Baca juga: PLN dan Perusahaan China Kaji Pengembangan Energi Hijau di Sulawesi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dua Tahun Berjalan, Pasar Karbon Indonesia Belum Menunjukkan Geliat
Dua Tahun Berjalan, Pasar Karbon Indonesia Belum Menunjukkan Geliat
LSM/Figur
Belantara Foundation Ajak Anak Muda Cermati Biodiversitas Sekitar
Belantara Foundation Ajak Anak Muda Cermati Biodiversitas Sekitar
LSM/Figur
DBS Foundation Gelontorkan Rp 96 M untuk Perempuan dan Anak Muda Rentan
DBS Foundation Gelontorkan Rp 96 M untuk Perempuan dan Anak Muda Rentan
Swasta
BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November
BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November
Pemerintah
Sampah Jadi Energi, Prabowo Teken Perpres Percepat Proyek Pembangkit Listrik dari Limbah
Sampah Jadi Energi, Prabowo Teken Perpres Percepat Proyek Pembangkit Listrik dari Limbah
Pemerintah
Energi Bersih: Mimpi Besar atau Janji Kosong Indonesia?
Energi Bersih: Mimpi Besar atau Janji Kosong Indonesia?
Pemerintah
Mom Uung Rilis Penelitian ASI Booster untuk Perkuat Literasi Menyusui di Indonesia
Mom Uung Rilis Penelitian ASI Booster untuk Perkuat Literasi Menyusui di Indonesia
Swasta
WHO: 3 Miliar Orang Alami Masalah Otak, Cuma yang Kaya Bisa Berobat
WHO: 3 Miliar Orang Alami Masalah Otak, Cuma yang Kaya Bisa Berobat
Pemerintah
Hindari Kecurangan, Pemerintah Siapkan Mekanisme Pengawasan Karbon
Hindari Kecurangan, Pemerintah Siapkan Mekanisme Pengawasan Karbon
Pemerintah
Studi Oxford dan Pennsylvania: Carbon Offset Gagal Jawab Masalah, Hentikan Saja
Studi Oxford dan Pennsylvania: Carbon Offset Gagal Jawab Masalah, Hentikan Saja
LSM/Figur
PBB Ingin Kapal Nol Emisi, AS Hadang dengan Ancaman bagi Pendukungnya
PBB Ingin Kapal Nol Emisi, AS Hadang dengan Ancaman bagi Pendukungnya
Pemerintah
Deforestasi Dunia di Luar Kendali, Naik hingga 63 Persen
Deforestasi Dunia di Luar Kendali, Naik hingga 63 Persen
LSM/Figur
4 dari 190 IUP yang Dibekukan Dibuka, Lainnya Bisa Menyusul Asal Bayar Jaminan Reklamasi
4 dari 190 IUP yang Dibekukan Dibuka, Lainnya Bisa Menyusul Asal Bayar Jaminan Reklamasi
Pemerintah
Dukung Target NZE 2060, PLN Siap Tambah Kapasitas Energi Berbasis EBT
Dukung Target NZE 2060, PLN Siap Tambah Kapasitas Energi Berbasis EBT
BUMN
Tak Punya Lahan, Jakarta dan Bandung Belum Masuk Proyek 'Waste to Energy'
Tak Punya Lahan, Jakarta dan Bandung Belum Masuk Proyek "Waste to Energy"
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau