KUPANG, KOMPAS.com - Violet Sun System, perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan, memulai tahap awal pembangunan proyek agropolitan violet sun agro+.
Berlokasi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) TNTT, tahap awal dari Violet Sun Agro+ akan mengintegrasikan lahan pertanian seluas lima hektar dengan sistem pertanian pintar bertenaga surya.
Proyek ini tak sekadar memasang panel surya di atas lahan pertanian, Violet Sun Agro+ menggunakan algoritma pintar yang dapat menganalisa kelembapan tanah, kondisi cuaca, dan kebutuhan air serta nutrisi tanaman secara akurat.
Algoritma itu bertugas memastikan proses penyiraman dapat dilakukan secara otomatis dan presisi.
Baca juga: Setiap Kenaikan Suhu 1 Derajat, Produktivitas Pertanian Turun 10 Persen
Efisiensi dalam sistem irigasi menjadi hal yang sangat krusial di lingkungan dengan sumber daya air yang terbatas.
CEO Violet Sun System Julian Ciptadiputra mengatakan, penggunaan Solar PV yang memanfaatkan energi matahari yang melimpah di Kupang menjadi solusi untuk pertanian lahan kering.
"Petani dapat menghemat biaya operasional yang tinggi dari sistem irigasi konvensional yang biasanya mengandalkan genset berbahan bakar diesel," kata Julian, dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (3/5/2024).
Sistem irigasi cerdas ini tak hanya menyediakan air bagi tanaman, tetapi juga memberikan naungan yang bermanfaat di bawah panel surya.
Menurutnya, naungan ini membantu mengurangi penguapan air dan menjaga suhu tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal di tengah kondisi lahan kering.
"Konsep ini berbeda dengan solar farm yang umumnya hanya berfokus pada produksi energi surya tanpa integrasi dengan pertanian," ungkap Julian.
Baca juga: BRIN-PT Nestle Indonesia Kolaborasi Riset Pertanian Berkelanjutan
Dalam mewujudkan proyek ini, Violet Sun System mendapat bimbingan dari para mentor dan pelaku industri berpengalaman.
Julian menjelaskan, Violet Sun Agro+ adalah tentang pemberdayaan petani lahan kering agar mereka lebih tahan terhadap tantangan lingkungan.
Melalui energi bersih, irigasi pintar, dan manfaat sinar matahari, dia yakin dapat membawa pertanian lahan kering NTT ke level selanjutnya.
Violet Sun System tak hanya berfokus di Kupang, tapi ingin melihat agrovoltaik menjadi andalan pertanian lahan kering di seluruh NTT, bahkan menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.
Pendekatan ini menjadi contoh nyata inovasi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan untuk memecahkan tantangan iklim dan pangan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan CEO Indika Energy Arsyad Rasjid yang dikenal dengan komitmennya pada energi terbarukan, menjadi inspirasi gagasan awal dari proyek ini.
"Indika Energy memiliki target mencapai net zero emission di tahun 2060," ujar Arsyad.
Baca juga: Modernisasi Pertanian, Kementan Dorong Listrik Masuk Sawah
Arsyad menyebut, proyek agri-voltaic di Kupang sejalan dengan visi pihaknya untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Kupang Korinus Masneno menyambut baik solusi berbasis teknologi ini.
Korinus menyebut, pertanian lahan kering menjadi tulang punggung masyarakat Kabupaten Kupang.
"Kami membutuhkan solusi inovatif seperti ini selain meningkatkan produktivitas, sistem ini juga mengajarkan pengelolaan sumber daya yang lebih baik untuk keberlanjutan sektor pertanian Kabupaten Kupang,” tuntas Korinus.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya