Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

WWF, Hidropolitik, dan Pertobatan Ekologi

Kompas.com - 19/05/2024, 07:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pertobatan yang merujuk pada perubahan radikal dalam diri manusia, baik itu cara hidup, sikap moral, maupun tindakan yang berpangkal pada perwujudan keimanan yang menitikberatkan pada harmoni hidup bersama alam.

Pertobatan ekologis dimaknai sebagai perubahan dalam cara kita memandang, berinteraksi, dan berperilaku dengan alam.

Dengan menciptakan relasi organisme yang baik antara manusia dan alam yang dilakukan dengan sepenuh kesadaran adalah inti dari pertobatan ekologis.

Pertobatan menjadi nyata kalau kita berani memberantas kejahatan ekologis dengan tuntas dari hulu hingga hilir, sebagai perwujudan dari pertobatan ekologis. Dan mengubah cara padang kita terhadap alam secara radikal.

Dari Antroposentik ke paradigma ekosentrik, filosofi hidup yang melihat alam sebagai rumah bersama.

Pertobatan ekologis juga harus mampu menghadirkan toleransi dengan membiarkan alam bertumbuh dan berkembang secara alamiah. Menciptakan hubungan symbiosis mutualisme.

Alam membutuhkan manusia, manusia membutuhkan alam. Kalau kita membunuh kehidupan alam, maka alam pun akan membinasakan kehidupan manusia.

Dalam konteks era modern, pertobatan ekologi menjadi semakin relevan mengingat persoalan yang dihadapi umat manusia kedepan semakin kompleks.

Namun pertobatan juga menuntut adanya perubahan sikap dari seluruh umat manusia yang hidup di bumi.

Pertobatan ekologis juga harus dilandasi nilai etis-religius, dengan menerjemahkan misi “rahmatan lil 'alamin” yang bermakna “kasih sayang bagi semesta alam”.

Tidak hanya mampu menebar kasih sayang terhadap sesama manusia, juga bagi flora, fauna dan seluruh alam semesta. Semoga!

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau