Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KTT Pemimpin G7 Gagal Capai Kesepakatan Perubahan Iklim

Kompas.com - 18/06/2024, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Para pemimpin G7 dalam komunikenya menegaskan kembali komitmen sebelumnya mengenai keputusan transisi energi COP28, namun tidak mengungkapkan kemajuan lebih lanjut dalam menyalurkan pendanaan iklim.

Para pemimpin G7 berkomitmen untuk menjadi kontributor utama, akan tetapi tanpa janji konkrit untuk mendukung klaim ini.

Associate Director Kebijakan dan Kampanye Global 350.org Andreas Sieber menuturkan, komunike KTT G7 sangat mengecewakan.

Baca juga: Kanopi Hijau Indonesia: Batu Bara Penyebab Kisis Iklim Perlu Masuk Kurikulum

Mereka gagal memajukan agenda iklim yang diperlukan dengan menyediakan pendanaan iklim tambahan dan tujuan pendanaan baru yang ambisius menjelang perundingan iklim COP29 mendatang di Azerbaijan pada bulan November.

"Mereka sekali lagi menunjukkan ketidakpedulian dan hanya basa basi mengenai pendanaan iklim. Berbicara tentang kontributor utama saja tidak cukup," ujar Andreas dalam keterangan kepada Kompas.com, Selasa (18/6/2024).

Andreas berpendapat, para pemimpin G7 mempunyai tanggung jawab untuk membahas sesuatu yang berarti, namun gagal.

Menurutnya, sangat penting bagi para pemimpin di negara-negara Utara untuk mengambil tanggung jawab atas krisis iklim melalui pemberian dana yang signifikan kepada negara-negara Selatan untuk pengembangan, adaptasi, dan kerugian serta kerusakan energi terbarukan.

Selain itu, membuka akses terhadap pendanaan sangatlah penting, waktu terus berjalan, dan dunia sedang menyaksikannya.

Baca juga: Darurat Iklim, Saatnya PBNU Dengar Suara Rakyat

Para pemimpin menegaskan kembali komitmen terhadap target energi terbarukan COP28, dan inisiatif energi bersih baru dengan negara-negara Afrika.

Namun sasaran iklim pemerintah saat ini menunjukkan adanya kesenjangan ambisi energi terbarukan sebesar 3.000 gigawatt pada tahun 2030, yang tidak cukup untuk menggantikan bahan bakar fosil pada skala dan kecepatan yang diperlukan untuk tetap mencapai suhu 1,5 derajat.

Andreas mengatakan, komitmen penghentian penggunaan batubara G7 pada tahun 2035 bukanlah langkah yang tepat menuju arah yang benar.

"Hal ini tidak cukup untuk memenuhi tanggung jawab historis negara-negara terkaya dan penghasil emisi terbesar dalam sejarah dan tidak memenuhi apa yang diperintahkan ilmu pengetahuan," papar Andreas.

Tahun 2024 dijuluki sebagai tahun pendanaan iklim untuk melanjutkan kemajuan yang dicapai di Dubai pada Cop28.

Organisasi kampanye seperti 350.org berharap bahwa pertemuan puncak para pemimpin dunia seperti G7 sebagai pemimpin negara-negara terkaya dan penghasil emisi terbesar dalam sejarah akan memimpin dengan menempatkan pendanaan iklim secara tegas.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Pemerintah
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
LSM/Figur
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
LSM/Figur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
Ancaman Baru Krisis Iklim, Tingkatkan Gangguan Pernapasan Kala Tidur
LSM/Figur
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Menteri LH Desak Pembenahan Lingkungan di Kawasan Industri Pulogadung
Pemerintah
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau