KOMPAS.com - Ahli Digital diprediksi bakal semakin banyak dibutuhkan di masa depan untuk sektor ketenagalistrikan menurut International Energy Agency (IEA).
Pasalnya, teknologi digital akan memainkan peran penting dalam transisi menuju sistem ketenagalistrikan yang lebih aman dan berkelanjutan serta mendorong konektivitas, efisiensi, keandalan, dan pengurangan emisi yang lebih baik.
Saat ini, muncul berbagai peralatan digital eperti alat-alat yang dapat membantu menyesuaikan pasokan listrik dengan permintaan.
Baca juga: Transformasi Digital Parekraf Terus Diakselerasi demi Keberlanjutan
Selain itu, alat-alat digital juga dapat memprediksi dan mendeteksi kesalahan dalam jaringan, atau memberikan kendali lebih besar kepada konsumen.
Peralatan digital akan memungkinkan integrasi energi terbarukan lebih cepat, meningkatkan stabilitas jaringan listrik, dan menghasilkan penghematan energi yang lebih besar.
Peran digitalisasi di sektor ketenagalistrikan terus meningkat di seluruh dunia, dikutip dari situs web IEA, Selasa (11/6/2024).
Meski demikian, jumlah pekerja digital di sektor ini masih belum mencukupi sehingga menghambat investasi yang lebih besar dalam digitalisasi ketenagalistrikan.
Berdasarkan survei terhadap profesional ketenagalistrikan yang dilakukan EY, 89 persen mengidentifikasi kesenjangan keterampilan sebagai tantangan utama dalam mempercepat adopsi teknologi digital.
Baca juga: Konvensi Indonesia Cloud and Data Center 2024 Perkuat Ekosistem Digital Indonesia
Di sisi lain, sebagian besar pekerjaan akan memerlukan ahli digital di tahun-tahun mendatang.
Oleh karenanya, perusahaan ketenagalistrikan akan semakin bersaing untuk mendapatkan pekerja berkualitas untuk menjembatani kesenjangan keterampilan di sektor ini.
Hal ini memerlukan strategi perekrutan dan upaya pelatihan digital yang lebih kuat dan kohesif.
Beberapa contoh keterampilan digital yang dibutuhkan dalam sektor ketenagalistrikan adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan machine learning.
Keterampilan lainnya yaitu internet of things (IoT) serta SQL database dan pemrograman. Selain itu ada keamanan digital, analisis data, dan bahasa skrip.
Baca juga: Ekspor Batik 17,5 Juta Dolar AS, UMKM Perlu Ekosistem Pasar Digital
Menurut data dari Lightcast, jenis keterampilan digital yang diprioritaskan oleh perusahaan pembangkit listrik telah berubah secara substansial selama dekade terakhir. Lightcast adalah analisis pasar tenaga kerja global.
Pada 2012, keahlian dalam SQL merupakan salah satu keterampilan digital yang paling dicari di sektor ini, sementara bahasa skrip atau pengetahuan tentang solusi cloud jarang diperlukan.
Namun, sejak pertengahan tahun 2021, kebutuhan pekerja dengan keterampilan dalam analisis data, bahasa skrip, dan solusi cloud telah meningkat pesat, selain keterampilan database SQL dan keahlian keamanan siber.
Permintaan akan pekerja yang memiliki pengetahuan tentang teknologi terkini, seperti machine learning, AI, atau IoT, masih berada pada tingkat yang sangat rendah.
Padahal, teknologi tersebut merupakan alat yang sangat berguna untuk manajemen sistem tenaga listrik.
Baca juga: Demi Indonesia Emas 2045, BCA Synrgy Academy Batch 7 Hadirkan 250 Talenta Digital
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya