Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Dekade BW KEHATI: Jaga Keanekaragaman Hayati, Kolaborasi dan Solusi

Kompas.com, 28 Juni 2024, 05:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Biodiversity Warriors KEHATI tahun ini genap berusia 10 tahun.

Dibentuk pada 2014 silam, Biodiversity Warriors (BW) bertujuan untuk mempopulerkan keanekaragaman hayati Indonesia baik dari sisi keunikan, pelestarian, dan pemanfaatannya secara bertanggung jawab.

Namun, Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini mengatakan bahwa seiring waktu, permasalahan lingkungan hidup semakin kompleks dan berkembang.

Biodiversity Warriors dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan melakukan inovasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.

Baca juga: Dampak Negatif Industri Tambang, Sosial hingga Lingkungan

”Sebagai negara megabiodiversity, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melestarikan sejuta potensi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, sekaligus menghadapi ancaman perusakannya,” ujar Rika di Rumah KEHATI, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Ia menambahkan, melalui dukungan Yayasan KEHATI, Biodiversity Warriors diharapkan mampu memberikan dampak positif yang signifikan dalam kegiatan konservasi di Indonesia.

Tantangan pelestarian keanekaragaman hayati

Rika melihat, salah satu tantangan terbesar saat ini adalah belum terbangunnya kesadaran menjaga keanekaragaman hayati.

Hal tersebut disebabkan salah satunya karena pengetahuan masyarakat yang kurang terhadap dampak-dampak negatif yang akan diterima, jika terjadi kerusakan pada alam Indonesia.

“Hal ini tampak jelas dari kebiasaan masyarakat yang masih gemar membuang sampah sembarangan, masih melakukan perburuan liar, dan memelihara satwa yang dilindungi,” tuturnya.

Beri edukasi dan kolaborasi

Untuk mengubah kebiasaan buruk tersebut, kata dia, Biodiversity Warriors gencar memberikan edukasi lingkungan, baik melalui kunjungan langsung maupun digital.

Sudah banyak sekolah, universitas, bahkan perusahaan yang dikunjungi oleh BW untuk diberikan materi terkait pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup.

Adapun secara digital, BW aktif dalam berkampanye, memberikan seminar, dan pelatihan terkait isu-isu lingkungan.

Dalam melakukan kegiatannya, BW mengedepankan semangat kolaborasi. Sehingga, banyak kegiatan yang dilakukan bersama dengan LSM dan komunitas lingkungan yang lainnya.

Dari kolaborasi tersebut, melahirkan inovasi dan solusi mengatasi permasalahan lingkungan yang dilakukan oleh para kesatria keanekaragaman hayati Indonesia di bawah naungan BW KEHATI.

Mereka berpartisipasi dalam melakukan penyadartahuan kepada masyarakat luas melalui kegiatan penelitian dan aksi langsung di lapangan, kemudian disebarkan melalui website BW KEHATI.

Rika mengungkap, berbagai kegiatan telah diprakarsai oleh champions muda yang tergabung dalam BW KEHATI sebagai penggerak perlindungan dan penyelamatan biodiversitas Indonesia.

Perayaan ulang tahun ke-10 Biodiversity Warriors KEHATI di Jakarta, Kamis (27/6/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Perayaan ulang tahun ke-10 Biodiversity Warriors KEHATI di Jakarta, Kamis (27/6/2024).

Aksi generasi muda BW KEHATI

Sebagai contoh, di Cirebon, komunitas anak muda Ocean Young Guards yang hidup dalam lingkungan akademik, rela turun dari kampus menuju kampung.

Berfokus pada pengembangan karakter anak-anak usia 9-15 tahun yang tinggal di daerah pesisir dan pulau kecil melalui ide-ide kreatif mereka.

Komunitas muda ini membuat buku ilustrasi berisi tiga tokoh yang mewakili ekosistem laut, yaitu Diva sebagai putri karang, Akau sebagai pendekar mangrove, dan Laso sebagai pejuang padang lamun.

Melalui buku ini, para champions BW KEHATI merancang pesan konservasi yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak usia dini, selain melakukan penanaman bibit mangrove bersama. Dengan tujuan menyelamatkan ekosistem laut penting di kawasan tersebut; yakni mangrove, terumbu karang, dan juga padang lamun.

Contoh lainnya di Nusa Tenggara Timur. Pada sebuah kampung dataran tinggi bernama Desa Colol, Kabupaten Manggarai Timur, seorang anak muda bernama Yoseph Ronaldi, dengan gigih membantu petani kopi yang terdampak krisis iklim, di tengah maraknya anak-anak muda desa yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman.

Ia menjadikan tanaman kopi sebagai pintu masuk membangun penyadaran dan aksi konservasi kepada para petani dengan melibatkan anak-anak muda setempat.

Gerakan-gerakan kolaborasi yang telah dibangun jejaring anggota BW KEHATI di seluruh Indonesia, telah berhasil melahirkan bermacam inovasi.

Gerakan kolaborasi dan inovasi tersebut diharapkan mampu memberikan solusi kepada masyarakat sekitar untuk menjaga, mempertahankan, dan memperjuangkan biodiversitas dari ancaman-ancaman yang datang, seperti krisis iklim.

Lahirnya para champions BW KEHATI yang memiliki kepedulian dan melakukan aksi nyata dalam menjaga kekayaan biodiversitas Indonesia yang kian terancam, menjadi sebuah asa di masa depan.

“Dengan kepedulian dan gerakan anak-anak muda dalam isu konservasi dan biodiversitas tersebut, diharapkan menjadi kekuatan baru bagi generasi emas pada satu abad Indonesia di tahun 2045: di mana anak-anak muda saat ini akan memegang kendali kepemimpinan di masa depan,” pungkasnya.

Saat ini, anggota BW sudah mencapai lebih dari 6.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan 12 jaringan yang berada di 10 universitas.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau