Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: 1,5 Miliar Penduduk Dunia Tak Punya Akses ke Pembuangan Sampah

Kompas.com - 09/09/2024, 15:18 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Analisis baru mengenai sampah di dunia mengungkap temuan yang cukup mencengangkan, yakni sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke layanan pembuangan sampah.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature itu menyebut kondisi ini menyebabkan masalah lingkungan yang serius.

Seperti dikutip dari New Scientist, Senin (9/9/2024) menurut analisis baru, sebagian besar rumah tangga itu akhirnya membakar sampah plastik atau membuangnya ke lingkungan.

Baca juga: Mengenal Pengolahan Sampah Berbasis Carbon Neutral, Solusi Masalah Sampah Plastik di Tanah Air

Layanan pembuangan sampah yang komprehensif pun menjadi satu-satunya cara untuk mengurangi polusi plastik global ini.

Aliran Sampah Plastik di Dunia

Costas Velis dari Universitas Leeds, Inggris bersama rekan-rekannya menggunakan data sampah dari pemerintah daerah, serta data sensus, untuk memodelkan aliran sampah plastik di wilayah kota di seluruh dunia.

Baca juga: Lego Ganti Bahan Bakar Fosil dengan Plastik Terbarukan untuk Produknya

Algoritma AI kemudian digunakan pada data ini untuk memprediksi bagaimana sampah dihasilkan dan ditangani di lebih dari 50.000 wilayah kota di seluruh dunia.

"Pendekatan dari bawah ke atas ini memberikan pandangan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, tentang bagaimana sampah plastik diolah dan mengapa sampah tersebut menjadi polusi di berbagai negara," kata Velis.

Tim peneliti pun lantas memperkirakan bahwa seperlima dari total sampah global atau 52,1 juta ton sampah plastik menjadi polusi setiap tahun.

Sebagian besar sampah plastik ini dihasilkan di negara-negara miskin yang tidak memiliki sistem pengumpulan sampah yang andal atau tidak memiliki sama sekali.

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Perlu Pengenaan Tarif Cukai

Alih-alih ditangani dengan benar, sebagian besar sampah plastik itu kemudian dibakar di rumah-rumah, jalan-jalan, atau tempat pembuangan sampah kecil, tanpa kontrol lingkungan apa pun.

Menurut perkiraan peneliti, sekitar 57 persen sampah plastik yang tidak dikelola ditangani dengan cara tersebut. Sementara 43 persen sisanya dibiarkan mengotori lingkungan.

Pembakaran plastik tidak hanya menghasilkan gas rumah kaca, tetapi juga melepaskan dioksin penyebab kanker, polusi partikulat, dan logam berat, yang semuanya merusak kesehatan manusia.

Negara Penghasil Sampah Plastik

Secara umum, negara-negara berpenghasilan rendah menghasilkan lebih sedikit sampah plastik per orang, tetapi lebih banyak dari sampah tersebut yang akhirnya mencemari lingkungan.

Baca juga: Bisakah Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

Ini terjadi karena di negara-negara berpendapatan tinggi, sebagai perbandingan, sebagian besar sampah dikumpulkan dan diproses.

Menurut analisis ini juga, India, Nigeria, dan Indonesia ditandai sebagai negara dengan tingkat polusi plastik tertinggi.

Lebih lanjut, penelitian baru ini dilakukan menjelang Intergovernmental Negotiating Committee ke-5 di Busan, Korea Selatan, di mana negara-negara akan mempertimbangkan untuk mengadopsi perjanjian sampah plastik pertama di dunia.

Peneliti pun menekankan agar perjanjian tersebut memuat langkah-langkah yang mengharuskan negara-negara untuk terus meningkatkan proporsi sampah mereka yang ditangani oleh fasilitas yang tepat, dengan negara-negara berpendapatan tinggi memberikan bantuan dana yang lebih besar.

"Tidak adanya pengumpulan sampah merupakan kontributor terbesar terhadap masalah polusi plastik," kata Velis.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
BUMN
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
LSM/Figur
Lewat Label 'Kota Kotor', KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Lewat Label "Kota Kotor", KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
BUMN
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Swasta
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Pemerintah
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Swasta
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pemerintah
KKP Minta Komdigi 'Take Down' Situs Jual Beli Pulau Indonesia
KKP Minta Komdigi "Take Down" Situs Jual Beli Pulau Indonesia
Pemerintah
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
BUMN
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
Pemerintah
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
LSM/Figur
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau