Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal memperkuat regulasi terkait keberlanjutan dalam dunia penerbangan sebagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Hal tersebut disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam acara Hub Talks: Future Ready Aviation Professionals, Strategies for Achieving Indonesia Emas 2045, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (8/9/2024).

Budi menuturkan, regulasi tersebut diperlukan agar industri penerbangan tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga sejalan dengan prinsip keberlanjutan lingkungan.

Baca juga: Komisi Eropa Mandatkan Maskapai Penerbangan Laporkan Jejak Asap Putih

Dia menyatakan penerbangan adalah salah satu sektor yang berkontribusi signifikan terhadap emisi GRK.

"Oleh karena itu, kita harus mulai beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Implementasi konsep green aviation dan pengembangan smart airport adalah langkah-langkah konkret yang harus kita dorong ke depan," kata Budi, sebagaimana dilansir Antara.

Dia juga menekankan pentingnya strategi kolaborasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor penerbangan untuk membangun industri penerbangan masa depan yang kompetitif.

Budi menambahkan, Kemenhub juga terus mendorong transformasi digital di sektor penerbangan melalui berbagai program pelatihan dan sertifikasi.

Baca juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke RI Pakai Penerbangan Ramah Lingkungan

Berbagai program tersebut dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan kapabilitas para profesional di bidang tersebut.

Presiden International Civil Aviation Organization (ICAO) Salvatore Sciacchitano melalui tayangan video menyampaikan, Indonesia memiliki tanda komitmen terhadap kemajuan.

"Fokusnya pada transportasi yang cerdas dan berkelanjutan sedang mengubah Indonesia. Ini menjadi contoh bagi negara lain. ICAO bangga dapat bekerja sama dengan Indonesia," kata Sciacchitano.

Sciacchitano menyatakan, ICAO dan negara-negara di dunia terus meningkatkan dunia penerbangan dengan membuat pesawat terbang lebih selamat, aman, dan lebih berkelanjutan.

Baca juga: Pemerintah Bakal Kembangkan Bahan Bakar Nabati untuk Penerbangan

"Dukungan dan komitmen Indonesia terhadap perlindungan lingkungan, program pelatihan negara berkembang, dan para ahli penerbangan Indonesia di ICAO APAC Regional Office telah berkontribusi positif terhadap pengembangan profesional penerbangan di kawasan Asia Pasifik serta turut mengatasi tantangan mendesak industri penerbangan," ujarnya.

Sementara itu, Director Regional ICAO Asia and Pasific (APAC) Tao Ma menyampaikan hasil audit ICAO terkait pengawasan keselamatan penerbangan,

Dalam audit tersebut, Indonesia meraih effective implementation (EI) skor yang baik. Namun, ia mengatakan hal tersebut masih perlu terus ditingkatkan.

Menurut Tao Ma, salah satu rekomendasi yang saat ini dapat dilakukan terkait peningkatan keselamatan sektor penerbangan Indonesia, yaitu melalui peningkatan keterampilan sumber daya manusia (SDM) melalui berbagai pelatihan.

"Bagaimana rekomendasi terkait keselamatan penerbangan menurut saya training (pelatihan) merupakan satu hal yang perlu kita lakukan," ucap Tao Ma.

Baca juga: Booming Belanja Daring Bikin Emisi Penerbangan Meroket 25 Persen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Pemerintah
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Pemerintah
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
LSM/Figur
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Swasta
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
LSM/Figur
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
Swasta
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
Swasta
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Swasta
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
Swasta
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
Pemerintah
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Pemerintah
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
Pemerintah
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau