KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Chusni Ansori mengatakan, kawasan karst mengalami lonjakan kunjungan wisatawan.
Lonjakan para pelancong tersebut perlu diantisipasi dengan pendekatan pariwisata berkualitas untuk mengurangi dampak lingkungan.
Hal tersebut disampaikan Chusni, yang juga Ketua Kelompok Riset Geoheritage-Geopark BRIN, dalam dikusi daring pada Kamis (3/10/2024).
Baca juga: Kekeringan Panjang Landa Warga Lhoknga Aceh Besar, Karst Rusak Dinilai Jadi Sebabnya
Chusni menyampaikan, salah satu contoh peningkatan turis di kawasan karst adalah Kebumen Geopark yang mencapai lebih dari 2 juta orang pada 2023.
"Ini memang kita akui masih banyak wisatawan domestik, wisatawan yang katakanlah asing itu mulai berdatangan dan ini harus kita kembangkan dengan konsep pariwisata berkualitas," ujarnya, sebagaimana dilansir Antara.
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah mengembangkan pariwisata dengan mengombinasikan aspek geologi, biologi, dan budaya di masing-masing ekosistem karst yang tersebar di Indonesia.
Baca juga: Sampah Dibuang di Kawasan Karst, Sumber Air Gunungkidul Dikhawatirkan Rusak
Hal itu penting karena ekosistem karst menyimpan banyak potensi termasuk keberadaan penyimpan cadangan air, habitat berbagai macam spesies dan situs budaya.
Pendekatan yang lebih ramah terhadap ekosistem karst juga dikemukakan oleh General manager Badan Pengelola Gunung Sewu UNESCO Global Geopark (UGGp) Budi Martono.
Dia menyebut terjadi peningkatan ketertarikan investasi di wilayah karst Gunung Sewu yang belum mempertimbangkan aspek pembangunan di ekosistem karst.
Baca juga: Prasasti Gosari, Tinggalan Era Majapahit di Dinding Karst
Dia menyebut beberapa isu yang dihadapi Gunung Sewu di antaranya adalah usulan pengurangan luas Kawasan Bentang Alam Karst Gunung Sewu dan pembangunan resor di pantai selatan.
Salah satu polemiknya adalah rencana investasi salah satu selebritas untuk pembangunan klub pantai yang akhirnya tidak berlanjut setelah mendapatkan penolakan dari berbagai pihak.
"Ini yang sudah mulai terasa bahwa ternyata banyak sekali investor yang belum memperhatikan kondisi geografis kawasan suatu wilayah," ujar Budi.
Baca juga: Mengenal Wisata Rammang-rammang dan Pesona Tebing Karst Eksotisnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya