Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Kurang Sirkular Meski Upaya Daur Ulang Meningkat

Kompas.com, 16 Mei 2025, 20:13 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Laporan baru Deloitte Global dan Circle Economy mengungkapkan meskipun penggunaan bahan daur ulang meningkat secara signifikan, perkembangannya kalah jauh dibandingkan dengan peningkatan material baru yang terus dikonsumsi.

Akibatnya, kemajuan menuju ekonomi sirkular, di mana limbah diminimalkan dan sumber daya digunakan kembali, berjalan sangat lambat.

Mengutip Edie, Jumat (16/5/2025) laporan tersebut menyatakan bahwa sekitar 200 juta ton lebih banyak material daur ulang diproduksi dan digunakan pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2018.

Namun, konsumsi material dunia secara keseluruhan meningkat dari 100 miliar ton menjadi 106 miliar ton dalam periode waktu yang sama.

Kurang dari 7 persen material yang digunakan dalam ekonomi global pada tahun 2021 berasal dari sumber daur ulang atau penggunaan kembali. Sementara pada tahun 2015, penggunaan material daur ulang mencapai 9 persen.

Baca juga: Dow-Google Kembangkan Teknologi AI untuk Daur Ulang Plastik Lunak

Sebagian besar material daur ulang dan penggunaan kembali juga hanya berasal dari industri berat serta konstruksi dan pembongkaran.

Hal tersebut menunjukkan sulitnya dalam mendaur ulang dan menggunakan kembali sampah yang dihasilkan dari rumah tangga.

Sampah rumah tangga seringkali lebih beragam, terkontaminasi, dan sulit dipilah, sehingga menjadikannya lebih sulit dan mahal untuk diproses dan diubah menjadi material yang bernilai.

Para penulis laporan memperkirakan jika semua material yang dapat didaur ulang bisa didaur ulang secara efektif, tingkat daur ulang dapat meningkat dari 6,9 persen menjadi 25 persen.

Namun, ini lebih bersifat teoritis daripada praktis. Beberapa bahan tetap sangat sulit didaur ulang karena kurangnya teknologi yang terjangkau atau tantangan praktis lainnya.

Laporan menjelaskan pula bahwa ada peluang untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem daur ulang, melalui perubahan kebijakan dan investasi terpadu dalam infrastruktur, teknologi generasi berikutnya, dan produk-produk bernilai tinggi baru yang memanfaatkan limbah.

Namun, laporan menekankan pula bahwa daur ulang saja tidak dapat menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya.

"Analisis kami jelas, kita tidak dapat menyelesaikan permasalahan hanya dengan daur ulang. Kita semua perlu membuat pilihan yang berbeda, bersikap berani, dan berinvestasi untuk menerapkan solusi sirkular di seluruh rantai nilai,” kata CEO Circle Economy, Ivonne Bojoh.

Baca juga: Tingkat Daur Ulang Plastik di Dunia Baru 9 Persen

Selain itu juga perlu menerapkan langkah-langkah efisiensi sumber daya di seluruh proses bisnis dan rantai pasok. Misalnya melalui aturan desain produk yang fokus pada penggunaan material daur ulang dan peningkatan masa pakai produk melalui daya tahan dan kemudahan perbaikan.

Sedangkan untuk mendorong adopsi ekonomi sirkular secara luas dibutuhkan juga target-target global, seperti misalnya negosiasi perjanjian global tentang polusi plastik melalui PBB. Termasuk juga dukungan bersama dari pemerintah nasional serta sektor swasta.

Circle Economy sebelumnya telah menyimpulkan upaya untuk membatasi peningkatan suhu global sesuai dengan Perjanjian Paris tidak akan mungkin dilakukan tanpa pengurangan ekstraksi material dan upaya untuk meningkatkan penggunaan kembali dan daur ulang.

Laporan edisi 2021 menyatakan bahwa transisi yang berani menuju ekonomi sirkular dapat mengurangi emisi tahunan global hingga 39 persen, dengan manfaat tambahan bagi masyarakat dan ekonomi.

sumber https://www.edie.net/report-global-economy-becoming-less-circular-despite-increased-recycling-efforts/

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau