KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, biaya medis di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, terutama setelah pandemi global Covid-19. Kenaikan ini memberikan tantangan besar bagi perusahaan dalam menyusun dan mengelola tunjangan kesehatan karyawan yang kompetitif.
Di sinilah prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) memiliki peran penting dalam membentuk strategi perusahaan yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada kesejahteraan.
HR (Human Resources) perusahaan harus lebih kreatif dalam merancang program kesehatan yang relevan dan efektif, sembari tetap mematuhi prinsip ESG yang menekankan transparansi, keadilan, dan keberlanjutan.
Pada tahun 2024, Mercer Marsh Benefits meluncurkan Laporan Indonesia "Health and Benefits Study 2024" serta "Cost of Care" yang mengungkapkan dampak lonjakan biaya medis terhadap tunjangan kesehatan karyawan di Indonesia.
Pemaparan laporan ini disampaikan Douglas Ure (Presiden Direktur Marsh Indonesia dan CEO Marsh McLennan Indonesia) serta Ria Ardiningtyas (Head of Consulting and Analytics, Mercer Marsh Benefits Indonesia) pada 3 Oktober 2024.
Temuan ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan untuk menyesuaikan strategi tunjangan karyawan mereka dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial, seperti akses yang lebih adil terhadap layanan kesehatan dan keberlanjutan finansial program kesehatan jangka panjang.
Laporan Indonesia Health and Benefits Study 2024 dari Mercer Marsh Benefits menunjukkan tunjangan kesehatan karyawan berupa rawat inap dan rawat jalan menjadi perhatian khusus dengan tingkat prevalensi tertinggi.
Sebanyak 94 perusahaan memberikan tunjangan kesehatan berupa rawat inap kepada karyawan dan keluarganya. Benefit rawat inap mencakup biaya akomodasi kamar, biaya dokter umum dan spesialis, biaya tindakan bedah, dan biaya lainnya.
Terdapat dua jenis skema umum yang diberikan perusahaan kepada karyawan, yaitu skema indemnity (diberi kebebasan) dan managed care (ada pembatasan/penunjukan rujukan).
Baca juga: Kemendikbud: Aturan Baru buat 4 Masalah Utama Dosen, Termasuk Tunjangan
Sebanyak 79 perusahaan di Indonesia memberikan benefit rawat jalan kepada karyawan. Benefit rawat jalan mencakup biaya dokter umum, dokter spesialis, biaya obat, biaya fisioterapi, biaya vaksin, dan lain- lain.
Dalam memberikan batasan akses terhadap benefit rawat jalan, perusahaan dapat menerapkan skema as charge (ada batas penggantian dalam satu tahun) atau skema inner limit (ada batas penggantian per item).
Laporan Indonesia Health and Benefits Study 2024 dari Mercer Marsh Benefits mengidentifikasi empat tren utama terkait program employee health benefits di Indonesia.
1. Tren peningkatan telemedicine
Pemanfaatan telemedicine dalam perawatan kesehatan telah menjadi kebiasaan baru setelah pandemi Covid-19. Kebiasaan ini terus berlanjut dan bahkan mengalami tren kenaikan hingga saat ini,
Telemedicine dinilai menawarkan akses yang mudah dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan fasilitas kesehatan konvensional. Peningkatan akses terhadap telemedicine terjadi tahun 2023 dengan jumlah kasus meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan tahun 2022.
2. Tren Medical Check-Up
Medical check-up tahunan sudah menjadi rutinitas di perusahaan-perusahaan di Indonesia. Namun, program ini masih dapat ditingkatkan agar lebih efektif dan sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh karyawan.
Selain mengukur kebugaran karyawan dalam menjalankan tugas, program medical check-up yang tepat dapat menjadi deteksi dini bagi penyakit kronis yang mungkin muncul di masa depan, serta deteksi dini bagi perusahaan dalam merancang program wellness efektif dan efisien.
3. Tren Tunjangan yang Fleksibel
Flexible Benefits atau tunjangan fleksibel digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan tunjangan karyawan. Ragam demografi di perusahaan menyebabkan kebutuhan karyawan terhadap tunjangan berbeda-beda.
Perbedaan tahap hidup menentukan benefit yang dinginkan dan dihargai oleh karyawan. Program flexible benefits memberikan pilihan kepada karyawan untuk memilih benefit yang mereka butuhkan.
Desain program flexible benefits yang efektif dan efisien akan meningkatkan partisipasi karyawan dengan tetap memperhatikan keamanan dari kejadian tak terduga.
4. Tren Meningkatnya Biaya Medis
Penyakit-penyakit pada sistem pernafasan atau diseases of the respiratory system merupakan
kelompok penyakit yang paling umum terjadi di Indonesia.
Baca juga: Anggota DPR Bakal Dapat Tunjangan Perumahan, Sekjen: Besarannya Sesuai Sewa Rumah di Senayan
Diagnosis yang paling sering ditemukan pada kelompok penyakit ini adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas akut atau acute upper respiratory infection (19 persen) dan infeksi saluran pernafasan bagian atas lainnya (6 persen).
Biaya perawatan untuk penyakit ini mengalami peningkatan signifikan, terutama di kota-kota besar di wilayah Jabodetabek.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya