Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syamsul Kurniawan
Dosen IAIN Pontianak

Seorang dosen di IAIN Pontianak, yang minat dengan studi interdisipliner terutama dalam kajian sosial keagamaan dan pendidikan karakter.

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Kompas.com - 05/10/2024, 08:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PAGI itu, seperti biasa, aku mengenakan batik saat melangkah menuju ruang kerja. Kain yang membalut tubuhku tampak sederhana, tapi dalam setiap helai benangnya, tersimpan pesan yang jauh lebih besar: kesadaran yang teranyam erat tentang Bumi yang perlu kita jaga.

Batik, lebih dari sekadar kain warisan budaya, kini memiliki potensi menjadi simbol perjuangan untuk masa depan yang lebih baik, masa depan di mana kita menghormati alam dengan segala kompleksitasnya.

Dalam dunia yang serba cepat dan konsumtif, kita sering kali terjebak pada simbolisme yang dangkal.

Tumbler, misalnya, telah menjadi ikon gaya hidup urban yang sadar lingkungan, namun apakah kesadaran itu sekadar aksesori?

Dalam masyarakat modern, gaya hidup ramah lingkungan sering kali menjadi bagian dari tren sosial, bukan kesadaran mendalam yang berasal dari pemahaman akan pentingnya menjaga ekosistem Bumi.

Sama halnya dengan batik, yang kerap dipakai tanpa memahami filosofi di balik motif-motifnya yang sarat dengan makna alam dan harmoni.

Batik menyimpan pelajaran penting tentang keseimbangan antara manusia dan alam, pelajaran yang kini kita butuhkan lebih dari sebelumnya.

Yuval Noah Harari dalam Sapiens mengingatkan bahwa manusia cenderung menciptakan simbol untuk mengurangi kecemasan eksistensial mereka.

Dalam konteks ini, batik bisa menjadi salah satu simbol yang menenangkan kita akan keberlanjutan, meski tantangan yang kita hadapi jauh lebih besar dari sekadar simbol itu sendiri.

Seperti tumbler yang memberi rasa bahwa kita telah berkontribusi untuk menyelamatkan Bumi dengan mengurangi penggunaan plastik, mengenakan batik bisa saja menjadi bentuk “rasa aman” bahwa kita masih terhubung dengan alam. Namun, apakah cukup sampai di situ?

Pierre Bourdieu, melalui konsep "habitus," mengingatkan kita bahwa kebiasaan sosial, termasuk pilihan konsumsi, sering kali terbentuk tanpa kesadaran mendalam.

Dalam masyarakat urban, penggunaan tumbler atau mengenakan batik bisa menjadi bagian dari habitus yang berkelanjutan secara simbolis, namun tidak selalu secara nyata.

Misalnya, proses produksi batik yang menggunakan pewarna kimia atau energi berlebih justru meninggalkan jejak karbon yang tidak sedikit.

Demikian pula, tumbler, meski menggantikan botol plastik, tetap diproduksi melalui rantai pasokan yang penuh kontradiksi dengan tujuan keberlanjutan.

Jika kita melihat lebih dalam, batik sebenarnya menawarkan solusi yang lebih mendasar bagi masalah lingkungan kita.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

LSM/Figur
Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program 'AKSI' di Banjarnegara Jateng

Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program "AKSI" di Banjarnegara Jateng

BUMN
Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau