KOMPAS.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat, Indonesia menghasilkan 30,97 juta ton timbulan sampah pada 2023.
Data itu bahkan belum lengkap. Hingga 17 Juli 2024, data sampah yang masuk baru berasal dari 280 kabupaten dan kota, sedangkan Indonesia memiliki total 514 kabupaten dan kota.
Dari sampah yang sudah tercatat, 20,2 juta ton atau 65,24 persen di antaranya berstatus terkelola dan 10,77 juta ton atau 34,76 persen tidak terkelola.
Peraturan Menteri LHK Nomor 6 Tahun 2022 mendefinisikan "pengelolaan sampah" sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, serta berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Merujuk aturan tersebut, sampah berstatus terkelola jika tercatat masuk ke fasilitas pengelolaan, seperti bank sampah, tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), tempat pemrosesan akhir (TPA), pusat daur ulang (PDU), insinerator, pusat olah organik (POO), serta diolah menjadi kompos dan produk kreatif.
Tak dapat dimungkiri, pengelolaan sampah menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan hingga infrastruktur pengumpulan dan pembuangan yang belum memadai.
Menjawab tantangan itu, Nestlé bersama Rekosistem menyediakan fasilitas Waste Station untuk mengumpulkan dan mengelola sampah anorganik secara optimal dan berkelanjutan.
Kolaborasi tersebut turut menggandeng mitra ritel, yakni Hero Supermarket dan Hypermart, sebagai lokasi fasilitas Waste Station. Dengan demikian, konsumen dapat mengelola sampah rumah tangga dan melakukan penyetoran sekaligus berbelanja.
“Inisiatif itu diharapkan dapat mendukung konsumen untuk memulai perubahan perilaku dalam melakukan pilah sampah dari rumah dan memastikan sampah yang disetor akan dikelola dan didaur ulang secara optimal oleh Rekosistem,” tulis Nestlé dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (18/10/2024).
Baca juga: Strategi Nestle Kurangi Sampah, Daur Ulang hingga Ajak Kolaborasi
Nestlé memulai kolaborasi pertama dengan Hero Supermarket pada Desember 2023 dengan membuka fasilitas Waste Station di 5 area, yakni Hero Taman Alfa Jakarta Barat, Hero Permata Hijau Jakarta Barat, Hero Kota Wisata Cibubur, Hero Lebak Bulus Jakarta Selatan, dan Hero Kemang Jakarta Selatan.
Kolaborasi berikutnya dilakukan bersama Hypermart pada Maret 2024 dengan membuka fasilitas Waste Station di 5 area yaitu, yaitu Hypermart Cyberpark Tangerang, Hypermart Gading Serpong Tangerang, Hypermart Vila Melati Mas Tangerang, Hypermart Puri Indah Jakarta Barat, dan Hypermart AR Hakim Surabaya.
Untuk menyetor sampah di Waste Station, masyarakat diharapkan telah memilah sampah dari rumah karena fasilitas ini hanya dapat menerima sampah anorganik dan minyak jelantah.
Masyarakat yang ingin berpartisipasi perlu memastikan sampah dalam keadaan bersih dan kering. Langkah ini penting guna memastikan sampah masih memiliki nilai tinggi untuk didaur ulang.
Kemudian, kemas sampah anorganik, baik menggunakan kardus, kantong plastik, kantong kertas, maupun tas spunbond, lalu bawa ke lokasi Nestlé Waste Station.
Selanjutnya, pindai (scan) Nestlé Rekosistem Website QR Code di Waste Station untuk merekam penyetoran sampah dan mengumpulkan poin.
Lalu, isi informasi sampah yang disetorkan untuk mendapatkan kode unik dan tulis kode unik pada kemasan dan setorkan pada petugas Waste Station.
Konsumen dapat menyetorkan seluruh material sampah jenis anorganik, seperti kertas, kardus, plastik, kaleng, kaca, dan minyak jelantah.
Material sampah tersebut masih memiliki nilai dari ulang, tetapi harus didukung dengan pemilahan agar sampah tidak terkontaminasi dengan material organik ataupun minyak dan sambal.
Seluruh sampah akan disetorkan kepada pengepul dan pendaur ulang sampah sesuai dengan jenis material. Sampah yang disetorkan ini dapat dijadikan bahan baku material daur ulang atau dikelola secara bertanggung jawab agar tidak bermuara di TPA.
Baca juga: Nestle Indonesia Tanam 30.000 Mangrove di Pesisir Siak, Alfedri: Sejalan dengan Program Siak Hijau
Menariknya, masyarakat dapat mengumpulkan poin dari setiap sampah yang disetorkan. Poin ini dapat ditukarkan dengan voucer belanja partner ritel, yakni Hero Supermarket atau Hypermart, sesuai dengan lokasi penyetoran.
Masyarakat bisa mendapatkan 800 poin untuk setiap 1 kg sampah anorganik. Konsumen yang mengemas secara terpisah sampah kemasan dari merek-merek Nestlé akan memperoleh 1.500 poin spesial untuk setiap 0,5 kg.
Setiap 25.000 poin yang terkumpul dapat ditukarkan dengan voucer belanja senilai Rp 25.000 untuk digunakan berbelanja di mitra ritel.
Selain menyediakan 10 fasilitas Waste Station, Nestlé secara berkelanjutan menjalankan upaya-upaya untuk mendukung pengurangan dan penanganan sampah dari hulu ke hilir, baik di Indonesia maupun global.
Di Indonesia sendiri, upaya pengurangan sampah dimulai dari inisiatif-inisiatif untuk mengembangkan kemasan yang berkelanjutan agar lebih mudah didaur ulang, mengurangi penggunaan plastik resin baru, dan mengembangkan inovasi-inovasi baru.
Beberapa inisiatif pengembangan kemasan berkelanjutan yang telah dilakukan Nestlé Indonesia, antara lain menghadirkan sedotan 100 persen kertas pada produk siap konsumsi MILO dan DANCOW serta mangkuk kertas untuk kemasan siap saji KOKO KRUNCH Double Choco.
Nestlé Indonesia juga bertransisi menggunakan kemasan monomaterial agar lebih mudah didaur ulang.
Untuk produk dalam kemasan karton, Nestlé Indonesia menggunakan 100 persen kertas daur ulang dengan sertifikat Forest Stewardship Council (FSC).
Nestlé Indonesia juga melakukan studi kemasan isi ulang yang berkolaborasi dengan Siklus dan Qyos serta studi kemasan guna ulang berkolaborasi dengan Alner.
Guna mendukung peningkatan waste management di Indonesia, Nestlé Indonesia juga mengembangkan TPS3R atau TPST. Kedua fasilitas ini dapat mengelola keseluruhan sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
Baca juga: BRIN-PT Nestle Indonesia Kolaborasi Riset Pertanian Berkelanjutan
Nestlé menyadari, penanganan sampah yang kompleks tidak dapat diselesaikan hanya oleh satu pihak. Dibutuhkan kolaborasi besar dan menjalankan peran dari masing-masing pihak untuk mempercepat pengentasannya, mulai dari pemerintah, produsen, pegiat persampahan, hingga masyarakat umum.
Untuk itu, Nestlé Indonesia bergabung dalam Project STOP dalam mendirikan dua TPST di Kecamatan Lekok dan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Nestlé Indonesia juga bermitra dengan KSM Sahabat Lingkungan dalam mengelola 12 Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan berkolaborasi dengan Wast4Change dalam mendirikan Rumah Pemulihan Material di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan.
Bersama Waste4Change, Nestlé Indonesia juga menyediakan waste drop box di Kantor Pusat Nestlé Indonesia untuk mengelola sampah rumah tangga jenis anorganik milik karyawan.
Kemudian, Nestlé Indonesia juga bekerja sama dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) serta Indonesia Plastic Recycler (IPR) dalam bermitra dengan para 36 pelapak dan pendaur ulang sampah plastik di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa Timur.
Perusahaan juga bergabung dalam PRAISE dan IPRO sebagai salah satu founding member dalam upaya kolaborasi lintas industri untuk meningkatkan angka pengumpulan dan daur ulang sampah kemasan.
Upaya pengentasan di segala lini itu diharapkan dapat mengurangi kebocoran sampah ke lingkungan ataupun sampah yang bermuara di TPA serta dapat meningkatkan angka daur ulang yang juga mendukung pengembangan waste management. Pada akhirnya, ekonomi sirkular di Indonesia pun tercipta.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya