Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Kompas.com - 18/10/2024, 19:18 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Budidaya ikan disebut sebagai sumber makanan berkelanjutan yang akan membantu memberi makan populasi global yang terus bertambah sekaligus melindungi populasi ikan liar. Akan tetapi ahli berpendapat lain soal klaim tersebut.

Peneliti dari Universitas New York, Matthew Hayek menyebut budidaya ikan justru bukan termasuk metode pendekatan yang berkelanjutan.

"Budidaya ikan bukan pengganti penangkapan ikan liar dari laut. Faktanya, budidaya ikan justru malah bergantung pada penangkapan ikan liar dari laut," katanya.

Baca juga: Peternakan Sapi Bisa Bikin Tanah Serap Lebih Banyak Karbon

Ini karena ikan budidaya memakan ikan liar yang ditangkap dari laut beberapa kali lebih banyak dibandingkan yang diperoleh dengan membudidayakannya.

Seperti dikutip dari New Scientist, Jumat (18/10/2024) menurut studi, jumlah ikan liar yang dibunuh untuk memberi makan ikan budidaya antara 27 hingga 307 persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Contohnya, memproduksi satu kilogram ikan salmon budidaya memerlukan 4 hingga 5 kilogram ikan liar, yang bukan merupakan pendekatan berkelanjutan untuk memberi makan populasi dunia yang terus bertambah.

Baca juga: Konservasi Lingkungan Berpotensi Tingkatkan 10 Persen Populasi Ikan di Terumbu Karang

Dalam memperkirakan jumlah ikan liar yang dibutuhkan untuk menghasilkan ikan budidaya, tim peneliti menggunakan sumber yang lebih beragam daripada penelitian sebelumnya, yang berarti kecil kemungkinannya ada bias statistik.

Tim juga menghitung semua ikan yang digunakan untuk menghasilkan tepung ikan atau minyak ikan, bukan hanya yang ditangkap untuk memberi makan ikan budidaya.

Terakhir, tim juga memperkirakan jumlah ikan yang dibunuh tetapi tidak dibawa ke pasar.

Spesies yang tidak diinginkan sering dibuang dari kapal penangkap ikan tetapi biasanya tidak bertahan hidup.

Jaring pukat juga terkadang dibiarkan sedikit terbuka untuk membiarkan ikan yang tidak diinginkan lolos, tetapi mereka sering terluka dan mati.

“Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung ikan dan minyak ikan sebagai pakan dalam akuakultur lebih kompleks daripada yang diperkirakan banyak analis industri,” kata Stefano Longo di Universitas Gothenburg di Swedia.

Dampak Budidaya Ikan

Para peneliti menyebut hal itu dapat menyebabkan tangkapan ikan liar menurun seiring dengan meningkatnya permintaan ikan budidaya.

Baca juga: Pakar Kelautan Definisikan Ulang Konsep Penangkapan Ikan Berkelanjutan

"Kita bergerak menuju kelangkaan ikan di lautan," kata Hayek.

Ini berarti pula bahwa orang-orang di tempat-tempat seperti Asia Tenggara dan Afrika Barat tidak mampu lagi membeli ikan karena ikan liar tersebut lebih berharga sebagai sumber tepung ikan dan minyak ikan yang menjadi pakan dalam industri budidaya ikan.

Selain itu meningkatnya produk berbasis tanaman untuk makanan ikan budidaya seperti nila, ikan mas, dan lele juga menciptakan masalah yang berbeda.

Jika makanan berbasis tanaman diberikan pada ikan makan akan lebih banyak lahan dan air yang diperlukan untuk menghasilkan makanan bagi ikan, mengarah pada masalah seperti penggundulan hutan.

Baca juga: Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

"Membudidayakan hewan membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk membesarkan dan menumbuhkan tubuh mereka daripada yang bisa Anda dapatkan dari memakannya. Itu fakta dasar biologi," jelas Hayek.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau