Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Perhitungan Karbon Terpadu untuk Capai Nol Emisi Karbon

Kompas.com - 25/10/2024, 19:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com-Penelitian baru mengungkapkan upaya untuk mencapai nol emisi karbon bisa terhambat karena banyaknya sistem perhitungan karbon.

Penelitian yang dipimpin oleh akademisi Universitas Bath, Inggris ini menunjukkan bahwa berbagai sistem perhitungan tersebut malah meningkatkan biaya.

Selain itu, menurut peneliti, perhitungan justru mencegah perusahaan yang bermaksud baik untuk menghitung emisi karbon mereka secara efektif sekaligus menciptakan celah yang dapat dieksploitasi oleh pihak lain.

Baca juga:

Dikutip dari Phys, Jumat (25/10/2024) peneliti juga menemukan ada keterbatasan pada sistem yang menghitung karbon secara geografis, dalam klaster industri, atau berdasarkan konsumsi atau fokus produk. Hal tersebut bisa menciptakan ketidakakuratan.

Studi ini pun menyarankan perusahaan untuk melakukan perhitungan karbon dengan pendekatan terpadu sehingga memungkinkan perhitungan saling terkait. Artinya, semua proses ekonomi sirkular baru pun dapat dilaporkan dengan benar.

"Kita sedang dalam keadaan darurat iklim dan memiliki metode yang berbeda untuk mengukur gas rumah kaca tidaklah membantu," ungkap Marcelle McManus, Profesor Energi dan Teknik Lingkungan di Universitas Bath.

Menurut McManus, industri menginginkan sistem yang membantu mereka melakukan dekarbonisasi, tetapi sistem yang ada saat ini malah membuat sulit untuk melakukannya.

"Kita perlu konsistensi dan transparansi untuk memudahkan industri yang ingin mengurangi dampak karbon dan membuat perubahan inovatif," terangnya.

Saat ini beberapa standar, termasuk protokol Gas Rumah Kaca (GRK), ISO & BSI dan inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi) digunakan dalam perhitungan karbon.

Para peneliti mengatakan bahwa pendekatan yang bervariasi tersebut memiliki metodologi, alat, dan variasi fleksibilitasnya sendiri, yang mengarah pada ketidakkonsistenan terutama karena kompleksitas sistem.

Ketidakkonsistenan dalam pelaporan dan pengungkapan ini berarti biaya tambahan bagi perusahaan, dan akhirnya ketidakmampuan untuk membandingkan produk dan sistem serta dampaknya terhadap perubahan iklim.

Baca juga:

Tantangan Perhitungan Karbon

Peneliti dalam studinya juga mengungkap beberapa tantangan yang perlu ditangani untuk mewujudkan perhitungan karbon yang efektif.

Beberapa tantangan itu antara lain kompleksitas rantai pasokan global, dan bagaimana bagian-bagian rantai pasokan diperhitungkan secara konsisten. Kemudian terdapat perbedaan antara pendekatan akuntansi berbasis produk dan berbasis wilayah

Terakhir, tantangan berupa komplikasi tambahan dalam mengukur dan mengatribusikan kredit dan beban dalam ekonomi yang lebih sirkular, di mana limbah perusahaan digunakan oleh perusahaan lain

Tantangan dalam lanskap akuntansi karbon saat ini juga mencakup banyaknya standar, metode, dan alat.

Selain itu juga berbagai data dan format data yang tidak dapat dioperasikan serta prosedur administratif yang membebani dan kurangnya pengawasan terpadu.

"Setiap metode dan aktivitas akuntansi karbon harus memprioritaskan pengurangan emisi global dan penciptaan transisi yang adil, daripada kompensasi kepada satu perusahaan atau negara," tambah McManus.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Asap Kebakaran Hutan Sebabkan 12.000 Kematian per Tahun

Asap Kebakaran Hutan Sebabkan 12.000 Kematian per Tahun

Pemerintah
Penggunaan Mulsa Plastik Bisa Cemari Lahan Pertanian

Penggunaan Mulsa Plastik Bisa Cemari Lahan Pertanian

Pemerintah
Jadi SDG Pioneer 2024, Lucia Karina Ajak Industri Perkuat Komitmen Keberlanjutan

Jadi SDG Pioneer 2024, Lucia Karina Ajak Industri Perkuat Komitmen Keberlanjutan

Swasta
Demi Efisiensi Energi dan Tekan Emisi Karbon, Lippo Malls Indonesia Lakukan Audit Energi Berkala

Demi Efisiensi Energi dan Tekan Emisi Karbon, Lippo Malls Indonesia Lakukan Audit Energi Berkala

Swasta
Dukung Perbaikan Kualitas Pendidikan, BRI Peduli Bantu Renovasi SDN 001 Sungai Pagar Riau

Dukung Perbaikan Kualitas Pendidikan, BRI Peduli Bantu Renovasi SDN 001 Sungai Pagar Riau

BUMN
Ucapan Terima Kasih dari Kompas.com kepada 13 Pihak yang Dukung Program Wali Asuh Mangrove

Ucapan Terima Kasih dari Kompas.com kepada 13 Pihak yang Dukung Program Wali Asuh Mangrove

Swasta
Perlu Perhitungan Karbon Terpadu untuk Capai Nol Emisi Karbon

Perlu Perhitungan Karbon Terpadu untuk Capai Nol Emisi Karbon

Pemerintah
Tanpa Komitmen Lebih Kuat, Suhu Bumi Bisa Naik 3,1 Derajat Celsius

Tanpa Komitmen Lebih Kuat, Suhu Bumi Bisa Naik 3,1 Derajat Celsius

LSM/Figur
Profit dan Dampak Bisa Berjalan Beriringan dalam Bisnis Berkelanjutan

Profit dan Dampak Bisa Berjalan Beriringan dalam Bisnis Berkelanjutan

LSM/Figur
Hanya 4 Tahun, AS Tambah Kapasitas Baterai Setara 20 Reaktor Nuklir

Hanya 4 Tahun, AS Tambah Kapasitas Baterai Setara 20 Reaktor Nuklir

Pemerintah
61 Persen Perusahaan UE Berinvestasi dalam Aksi Iklim

61 Persen Perusahaan UE Berinvestasi dalam Aksi Iklim

Pemerintah
Organisasi Maysrakat Sipil Serukan Perlindungan Masyarakat Adat dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP28

Organisasi Maysrakat Sipil Serukan Perlindungan Masyarakat Adat dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP28

LSM/Figur
Industri Pengiriman Hadapi Kendala Capai Dekarbonisasi

Industri Pengiriman Hadapi Kendala Capai Dekarbonisasi

Pemerintah
Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Prioritaskan Tata Kelola Energi dan SDA

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Prioritaskan Tata Kelola Energi dan SDA

LSM/Figur
Sepanjang 2024, 2.008 Telur Penyu Lekang Menetas di Yogyakarta

Sepanjang 2024, 2.008 Telur Penyu Lekang Menetas di Yogyakarta

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau