KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan California Polytechnic State University, Amerika Serikat menunjukkan penggunaan lembaran plastik yang dikenal dengan mulsa plastik ternyata dapat mencemari lahan pertanian.
Studi tersebut menyoroti, meski lahan diolah dengan metode pengelolaan yang terbaik, mulsa plastik tetap dapat mencemari tanah dengan melepaskan makro dan mikroplastik sehingga berdampak negatif pada fungsi tanah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri menganggap kontaminasi plastik tanah sebagai ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan ketahanan pangan.
Baca juga: Polusi Mikroplastik Diperkirakan akan Terus Meningkat
Mengutip Phys, Kamis (24/10/2024) di seluruh dunia, lebih dari 25 juta hektar lahan pertanian secara musiman ditutupi dengan mulsa plastik.
Lembaran plastik buram itu sendiri digunakan untuk mencegah gulma, mempertahankan kelembapan, dan menghangatkan tanah. Praktik ini dikenal sebagai "plastikultur."
Untuk mengetahui bagaimana mulsa ini berdampak pada tanah, peneliti mengambil sampel dari 12 lahan pertanian di Pantai Tengah California, wilayah yang penting bagi pertanian global.
Peneliti kemudian menyurvei lahan setelah mulsa plastik disingkirkan. Namun peneliti menemukan semua lahan yang disurvei terkontaminasi plastik.
Peneliti menemukan hingga 25 kg serpihan mikroplastik per hektar yang menutupi hingga 3,4 persen dari luas permukaan lahan.
Baca juga: Keanekaragaman Tanaman Pertanian Bisa Tingkatkan Penyerapan Karbon oleh Tanah
Mikroplastik juga ditemukan di semua lahan dan konsentrasi mikroplastik berkorelasi positif dengan konsentrasi makroplastik.
Dengan demikian, praktik pertanian saat ini disebut peneliti menyebabkan efek 'halus' tetapi merusak tanah.
Karena penggunaan mulsa film plastik berkembang pesat secara global, peneliti pun menyarankan untuk mengeksplorasi alternatif non-plastik dan biodegradable untuk membatasi ancaman terhadap fungsi tanah dan produktivitas pertanian yang disebabkan oleh akumulasi plastik yang tidak terkendali.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya