KOMPAS.com-Penelitian baru mengungkapkan upaya untuk mencapai nol emisi karbon bisa terhambat karena banyaknya sistem perhitungan karbon.
Penelitian yang dipimpin oleh akademisi Universitas Bath, Inggris ini menunjukkan bahwa berbagai sistem perhitungan tersebut malah meningkatkan biaya.
Selain itu, menurut peneliti, perhitungan justru mencegah perusahaan yang bermaksud baik untuk menghitung emisi karbon mereka secara efektif sekaligus menciptakan celah yang dapat dieksploitasi oleh pihak lain.
Baca juga:
Dikutip dari Phys, Jumat (25/10/2024) peneliti juga menemukan ada keterbatasan pada sistem yang menghitung karbon secara geografis, dalam klaster industri, atau berdasarkan konsumsi atau fokus produk. Hal tersebut bisa menciptakan ketidakakuratan.
Studi ini pun menyarankan perusahaan untuk melakukan perhitungan karbon dengan pendekatan terpadu sehingga memungkinkan perhitungan saling terkait. Artinya, semua proses ekonomi sirkular baru pun dapat dilaporkan dengan benar.
"Kita sedang dalam keadaan darurat iklim dan memiliki metode yang berbeda untuk mengukur gas rumah kaca tidaklah membantu," ungkap Marcelle McManus, Profesor Energi dan Teknik Lingkungan di Universitas Bath.
Menurut McManus, industri menginginkan sistem yang membantu mereka melakukan dekarbonisasi, tetapi sistem yang ada saat ini malah membuat sulit untuk melakukannya.
"Kita perlu konsistensi dan transparansi untuk memudahkan industri yang ingin mengurangi dampak karbon dan membuat perubahan inovatif," terangnya.
Saat ini beberapa standar, termasuk protokol Gas Rumah Kaca (GRK), ISO & BSI dan inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi) digunakan dalam perhitungan karbon.
Para peneliti mengatakan bahwa pendekatan yang bervariasi tersebut memiliki metodologi, alat, dan variasi fleksibilitasnya sendiri, yang mengarah pada ketidakkonsistenan terutama karena kompleksitas sistem.
Ketidakkonsistenan dalam pelaporan dan pengungkapan ini berarti biaya tambahan bagi perusahaan, dan akhirnya ketidakmampuan untuk membandingkan produk dan sistem serta dampaknya terhadap perubahan iklim.
Baca juga:
Peneliti dalam studinya juga mengungkap beberapa tantangan yang perlu ditangani untuk mewujudkan perhitungan karbon yang efektif.
Beberapa tantangan itu antara lain kompleksitas rantai pasokan global, dan bagaimana bagian-bagian rantai pasokan diperhitungkan secara konsisten. Kemudian terdapat perbedaan antara pendekatan akuntansi berbasis produk dan berbasis wilayah
Terakhir, tantangan berupa komplikasi tambahan dalam mengukur dan mengatribusikan kredit dan beban dalam ekonomi yang lebih sirkular, di mana limbah perusahaan digunakan oleh perusahaan lain
Tantangan dalam lanskap akuntansi karbon saat ini juga mencakup banyaknya standar, metode, dan alat.
Selain itu juga berbagai data dan format data yang tidak dapat dioperasikan serta prosedur administratif yang membebani dan kurangnya pengawasan terpadu.
"Setiap metode dan aktivitas akuntansi karbon harus memprioritaskan pengurangan emisi global dan penciptaan transisi yang adil, daripada kompensasi kepada satu perusahaan atau negara," tambah McManus.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya