KOMPAS.com - Laporan terbaru Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan ada pertumbuhan dalam penerapan teknologi energi bersih di dunia.
Namun laporan tersebut mencatat pula kemajuan tersebut tidak diiringi pemerataan transisi teknologi energi bersih di berbagai wilayah sehingga perlu kebijakan yang lebih mendukung yang memungkinkan negara-negara di dunia menavigasi transisi.
Lalu seperti apa peningkatan transisi energi bersih menurut laporan IEA?
Seperti dikutip dari Techxplore, Jumat (8/11/2024) laporan menunjukkan tenaga surya fotovoltaik terus memimpin penerapan teknologi bersih, dengan penambahan baru naik 36 persen dari paruh pertama tahun 2023.
Sementara penjualan kendaraan listrik meningkat sebesar 25 persen. Sekitar 7 juta mobil listrik terjual di seluruh dunia pada paruh pertama tahun 2024.
Baca juga:
Di Tiongkok, kendaraan listrik bahkan mencapai hampir 45 persen dari total penjualan mobil pada paruh pertama tahun ini, dan jumlahnya melampaui 50 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Ada juga tanda-tanda bahwa transisi energi bersih terus meningkat di negara berkembang. Hal tersebut juga terlihat dari penjualan kendaraan listrik di negara tersebut yang meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan periode sama pada tahun 2023.
Sebaliknya, beberapa teknologi energi bersih menghadapi rintangan di beberapa negara Eropa pada paruh pertama tahun ini.
Penjualan pompa panas di Eropa turun hampir 50 persen dan penjualan mobil listrik hanya tumbuh 3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Harga teknologi energi bersih yang turun juga memberikan peluang untuk transisi yang lebih cepat.
Indeks Harga Peralatan Energi Bersih IEA menunjukkan harga PV surya telah turun sebesar 20 persen, lalu harga penyimpanan baterai skala jaringan turun hampir 10 persen, dan harga peralatan untuk turbin angin telah turun sebesar 5 persen selama tahun lalu.
Baca juga:
Meskipun harga peralatan energi bersih yang turun memberikan peluang untuk transisi yang lebih cepat, kebijakan yang mendukung masih diperlukan untuk menyediakan kondisi yang memungkinkan seperti investasi dalam jaringan listrik atau jaringan pengisian daya kendaraan listrik.
Faktor lain yang mendorong turunnya harga teknologi energi bersih adalah kapasitas produksi yang besar dan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan, yang telah menekan margin keuntungan produsen di beberapa sektor, terutama di sektor tenaga surya fotovoltaik di Tiongkok.
Namun, sektor lain dari manufaktur teknologi Tiongkok telah menunjukkan ketahanan yang lebih besar, khususnya dalam baterai di mana produsen dalam negeri melihat margin keuntungan menguat pada paruh pertama tahun 2024.
Lebih lanjut, Real Time Electricity Tracker milik IEA memperlihatkan pula bagaimana peningkatan ketersediaan listrik terbarukan mengurangi potensi lonjakan emisi akibat meningkatnya permintaan selama musim panas yang sangat panas di beberapa bagian dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya