KOMPAS.com - Laporan PBB mengungkapkan lebih dari 2 miliar orang yang saat ini tinggal di kota bakal terpapar kenaikan suhu tambahan setidaknya 0,5 derajat celsius pada tahun 2040.
"Hampir semua penduduk kota akan terpengaruh, dengan miliaran orang mengalami suhu yang lebih panas atau terpapar risiko banjir dan ancaman lainnya," kata Anacláudia Rossbach, Direktur Eksekutif UN-Habitat sebagaimana dikutip dari laman resmi United Nations, Kamis (7/11/2024).
Laporan tersebut juga menyoroti kesenjangan pendanaan yang signifikan untuk infrastruktur perkotaan yang tangguh.
Baca juga:
Kota-kota secara keseluruhan membutuhkan investasi sekitar 4,5 triliun dollar AS hingga 5,4 triliun dollar AS per tahun untuk membangun dan memelihara sistem yang tangguh terhadap iklim. Namun pendanaan saat ini hanya sebesar 831 miliar dollar AS.
Kekurangan ini membuat kota-kota, dan terutama populasi yang paling rentan akan terpapar risiko iklim, salah satunya adalah suhu yang meningkat.
Mereka yang paling berisiko adalah mereka yang sudah menghadapi ketimpangan struktural yang terus-menerus dan kronis.
“Permukiman informal dan permukiman kumuh yang biasanya terletak di daerah yang sensitif terhadap lingkungan dan tidak memiliki infrastruktur pelindung sering kali menanggung beban bencana terkait iklim atau peristiwa ekstrem,” papar Rossbach.
Ia menambahkan bahwa komunitas yang rentan ini tidak hanya lebih rentan terhadap risiko sejak awal, tetapi juga lebih kecil kemungkinannya untuk menerima dukungan setelah guncangan terjadi.
Transformasi permukiman pun perlu dipercepat selain memprioritaskan kebutuhan wilayah yang paling rentan di kota-kota.
Selain itu ada bukti intervensi iklim yang gagal melindungi masyarakat paling rentan yang memperburuk situasi mereka.
Misalnya tekanan pertumbuhan yang tak dikelola dengan baik mengakibatkan penyusutan ruang terbuka hijau secara bertahap di banyak wilayah perkotaan.
Rata-rata ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan di seluruh dunia turun, dari 19,5 persen pada tahun 1990 menjadi 13,9 pada tahun 2020.
Baca juga:
Di sisi lain langkah-langkah yang bermanfaat seperti pembangunan taman mengakibatkan pemindahan langsung rumah tangga miskin, menaikkan nilai properti, yang secara efektif membuat mereka tidak mampu.
Namun, terlepas dari berbagai hambatan kompleks yang dihadapi kota-kota di tengah darurat iklim, laporan tersebut juga menyoroti pentingnya melihat wilayah perkotaan bukan hanya sebagai bagian dari masalah tetapi juga bagian dari solusi.
“Dengan investasi yang berani dan perencanaan serta desain yang baik, kota-kota menawarkan peluang yang sangat besar untuk memangkas emisi gas rumah kaca, beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, dan secara berkelanjutan mendukung populasi perkotaan,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Ia mencatat bahwa ratusan kota berpotensi memperluas ruang hijau yang inklusif, mengurangi emisi melalui perencanaan dan pembangunan yang cerdas, serta berinvestasi dalam energi terbarukan untuk mendukung layanan sipil seperti jaringan transportasi.
Lebih lanjut, laporan juga menyerukan fokus perkotaan yang lebih tajam untuk memajukan komitmen nasional ambisius yang menyoroti pentingnya menyelaraskan aksi iklim dengan tujuan pembangunan yang lebih luas, seperti peningkatan layanan, peningkatan permukiman, pengurangan kemiskinan, dan kesehatan masyarakat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya