KOMPAS.com - Studi dari Stockholm Resilience Centre Swedia menemukan perubahan iklim makin memburuk akibat polusi plastik di dunia. Polusi plastik pun berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati, pengasaman laut, penggunaan air dan lahan.
"Plastik tidak boleh dianggap sebagai masalah sampah saja, namun sebagai produk yang membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia," kata para peneliti dikutip dari The Guardian, Jumat (8/11/2024).
Mereka mencatat, ada 506 juta ton plastik yang diproduksi di seluruh dunia pada 2022. Namun, hanya 9 persen plastik yang didaur ulang dengan 91 persen di antaranya dibakar ataupun dibuang.
Baca juga:
Dalam studinya, para peneliti mengungkapkan bahwa makin banyak bukti menunjukkan dampak plastik terhadap lingkungan dan kesehatan.
“Penting untuk memikirkan siklus hidup plastik secara menyeluruh, mulai dari ekstraksi bahan bakar fosil hingga produksi polimer plastik primer," ujar penulis utama stud dari Stockholm Resilience Centre Patricia Villarrubia-Gómez.
Karenanya, para peneliti mendesak anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengatasi dampak plastik di dunia. Hal ini dimulai dari ekstraksi bahan mentah, produksi, penggunaan, dan efeknya pada lingkungan.
"Plastik terbuat dari kombinasi ribuan bahan kimia. Banyak di antaranya, seperti pengganggu endokrin, menimbulkan racun, membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia," ungkap Villarrubia-Gómez.
"Kita harus melihat plastik sebagai kombinasi bahan kimia yang berinteraksi dengan kita sehari-hari," imbuh dia.
Baca juga:
Sementara itu, peneliti lain dari University of Gothenburg Bethanie Carney Almroth menyatakan plastik telah ditemukan di mana-mana. Bahkan para ilmuwan menemukan mikroplastik yang membahayakan untuk manusia.
“Solusi yang kita coba kembangkan harus mempertimbangkan kompleksitas ini, dengan memperhatikan seluruh aspek keselamatan dan keberlanjutan untuk melindungi manusia dan planet bumi," papar Almroth.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya