JAKARTA, KOMPAS.com – Mengusung keberlanjutan di Indonesia, PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan komitmennya untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Hal ini disampaikan oleh Vice President Sinerji Teknologi dan Operasi PT Pupuk Indonesia, William Kusnanto, dalam seminar Pra-Munas Kagama XIV bertema “Komitmen Keberlanjutan Korporasi dalam Aspek Sosial dan Lingkungan” di Jakarta, Sabtu (9/11/2024).
Menurut William, Pupuk Indonesia telah merumuskan berbagai inisiatif berkelanjutan dalam upaya pengurangan emisi yang sejalan dengan target pemerintah. Ia menegaskan bahwa industri juga wajib mendukung lingkungan.
Baca juga: Inovasi Sampah Plastik Murah Menjadi Mewah
Maka dari itu Pupuk Indonesia melaksanakan dan mengembangkan inisiatif tersebut untuk mengurangi global emission.
"Dalam rangka mewujudkan net zero emission, jadi seperti yang tadi dibilang, kita sebagai industri juga wajib mendukung lingkungan. Maka dari itu, Pupuk Indonesia sudah mengembangkan inisiatif-inisiatif untuk mengurangi global emission. Ini targetnya di tahun 2030 sesuai dengan target pemerintah yaitu NZE," papar William.
Baca juga: Riset FPCI: Ulama Pegang Peran Penting Aksi Perubahan Iklim di Akar Rumput
Lebih lanjut, William menjelaskan bahwa Pupuk Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 28 persen pada tahun 2030. Untuk mencapai NZE pada 2060, Pupuk Indonesia akan menerapkan langkah-langkah dari efisiensi energi, circular economy, hingga program lingkungan dan penggunaan energi hijau.
"Inisiatif-inisiatif yang kami lakukan dari sisi energi efisiensi, kemudian circular economy, ada carbon capture, juga penanaman program lingkungan, kemudian juga penggunaan energi hijau. Ini yang kami akan lakukan di next selama 2030 sampai 2060," tambahnya.
Baca juga: Studi: Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan akibat Polusi Plastik
William juga menyoroti pentingnya teknologi hidrogen, khususnya dalam produksi amonia sebagai bahan utama pupuk, yang membutuhkan pemrosesan intensif energi serta menghasilkan emisi CO? yang tinggi.
Ia mengatakan, kedepannya akan banyak dikembangkan teknologi-teknologi terbaru terkait dengan bagaimana mengurangi emisi CO2 dari pembuatan hidrogen tersebut.
“Untuk mencapai hal tersebut, ini yang sedang kami kembangkan. Semua industri, terutama untuk industri pupuk di Pupuk Indonesia, basisnya adalah amonia sebagai sumber bahan bakunya. Teknologi pembuatan amonia itu tidak terlepas dari teknologi hidrogen. Teknologi hidrogen saat ini disebut dengan green hydrogen,” jelasnya.
Baca juga: PLN Luncurkan Pengisian Daya Kendaraan Listrik di Bandung
Green hydrogen dianggap potensial untuk mendukung keberlanjutan, tetapi membutuhkan energi tinggi. William menyampaikan bahwa perusahaan sedang mempelajari metode terbaru, seperti carbon capture dan green hydrogen yang berbasis air sebagai solusi jangka panjang.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga merencanakan pengembangan green ammonia yang tak hanya akan digunakan sebagai pupuk, tetapi juga bahan bakar untuk sektor maritim dan pembangkit listrik.
Baca juga: Inovasi Sterilisasi Pangan Teknologi PEF Diklaim Lebih Ramah Lingkungan
“Ini yang kami coba kembangkan terus-menerus, dan tentu saja tidak bisa kami kembangkan sendiri. Untuk itu, di sini kami bekerja sama dengan pihak lain seperti PLN, karena terus terang Pupuk Indonesia tidak punya kompetensi di bidang itu tapi kita akan bekerja sama” ujarnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya