Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - KTT Iklim COP29 segera berlangsung di Baku, Azerbaijan. Pertemuan akbar tersebut bakal berlangsung mulai 11 sampai 22 November.

KTT Iklim ini memiliki tujuan utama untuk menyepakati pendanaan yang harus dikeluarkan setiap tahun untuk membantu negara-negara berkembang.

Delegasi COP29 juga akan berupaya untuk memajukan kesepakatan lain yang dibuat pada KTT Iklim sebelumnya.

Dilansir dari Reuters, berikut adalah enam pembicaraan utama dalam KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, mulai Senin (11/11/2024).

Baca juga: Dampingi Hashim, Menhut Raja Juli Jadi Wakil Ketua Delegasi di COP29

Pendanaan iklim

KTT COP29 akan didominasi pembicaraan mengenai New Collective Quantified Goal (NCQG). Topik tersebut merujuk pada target pendanaan iklim tahunan baru.

Selama ini, negara-negara kaya terikat dalam perjanjian untuk memberikan pendanaan 100 miliar dollar AS per tahun mulai 2020 untuk membantu negara-negara berkembang.

Akan tetapi, negara-negara tidak selalu memenuhi janji tersebut. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya ketidakpercayaan di antara negara-negara yang rentan terhadap iklim.

COP29 bertujuan untuk menetapkan target yang jauh lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.

Negara-negara kaya berkeras bahwa uang itu tidak dapat sepenuhnya berasal dari anggaran mereka.

Sebaliknya, mereka membahas upaya yang jauh lebih kompleks yang akan melibatkan reformasi pinjaman multilateral global dengan cara yang mengurangi risiko keuangan terkait iklim dan mendorong lebih banyak modal swasta.

Tidak jelas berapa banyak dari total target tahunan yang akan ditawarkan oleh negara-negara kaya.

Yang juga belum terselesaikan adalah apakah negara-negara berkembang cepat seperti China atau negara-negara produsen minyak seperti Timur Tengah juga harus berkontribusi.

Baca juga: RI Bakal Jajaki Perdagangan Karbon dalam KTT Iklim COP29

Transisi energi

Tahun lalu, KTT Iklim COP28 di Dubai Uni Emirat Arab (UEA) berakhir dengan kesepakatan untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.

Namun sampai saat ini, baik penggunaan bahan bakar fosil maupun penjualan ekspor terus meningkat secara global.

Selan itu, area pertambangan minyak dan gas (migas) baru juga telah disetujui di sejumlah negara seperti Azerbaijan, Amerika Serikat, Namibia, dan Guyana.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau