Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LinkedIn: Setengah Pekerjaan Ekonomi Hijau Tak Terisi Pada 2050

Kompas.com, 13 November 2024, 14:43 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com -- Penelitian baru mengungkap permintaan global akan green talent alias pekerja dengan kemampuan atau ketrampilan berwawasan lingkungan, tumbuh dua kali lebih cepat dari pasokan SDM. Ini bakal menyebabkan kekosongan pada pekerjaan ekonomi hijau pada 2050 nanti.

Laporan Ketrampilan Hijau 2024 yang dikeluarkan LinkedIn tersebut memperkirakan setengah dari pekerjaan ekonomi hijau bisa jadi tidak terisi dan itu dapat membahayakan pencapaian tujuan iklim.

Mengutip Edie, Rabu (13/11/2024) permintaan untuk green talent meningkat sebesar 11,6 persen antara tahun 2023 hingga 2024. Sementara hanya ada 5,6 persen peningkatan dari green talent.

Baca juga:

Pencari kerja dengan ketrampilan atau jabatan hijau pun mengalami tingkat perekrutan 54,6 persen lebih tinggi daripada rata-rata tenaga kerja.

Peningkatan di Berbagai Sektor

Sektor utilitas memimpin dalam lowongan pekerjaan hijau, dengan 23,1 persen peran memerlukan keahlian keberlanjutan. Tren ini disebabkan oleh ekspansi energi terbarukan yang cepat.

Sementara sektor konstruksi yang menyumbang 37 persen emisi global berada di peringkat kedua dengan 20,6 persen lowongan pekerjaan membutuhkan ketrampilan ramah lingkungan. Ini karena industri tersebut bersiap untuk meningkatkan investasi terkait iklim.

Industri manufaktur juga menunjukkan peningkatan permintaan green talent.

Setidaknya ada 13,2 persen lowongan pekerjaan membutuhkan ketrampilan itu karena perusahaan berupaya untuk mendekarbonisasi produk dan rantai pasokan mereka.

Sektor teknologi, informasi, dan media mengalami peningkatan tahun ke tahun terbesar, dengan lonjakan permintaan pekerjaan ramah lingkungan sebesar 60 persen dari tahun 2023 hingga 2024.

Selain itu, pengadaan berkelanjutan muncul sebagai keterampilan ramah lingkungan yang tumbuh paling cepat, dengan 15 persen lebih banyak orang yang mencantumkannya di LinkedIn selama setahun terakhir.

Transisi yang Tak Merata

Sayangnya, menurut laporan, perempuan dan kaum muda cenderung tidak memiliki ketrampilan ramah lingkungan dibandingkan pencari kerja laki-laki yang lebih dewasa.

Saat ini, hanya satu dari 10 perempuan yang memiliki keterampilan ramah lingkungan, dibandingkan dengan hampir satu dari lima laki-laki.

Generasi Z, yang akan mencakup sepertiga dari angkatan kerja pada tahun 2030 sebenarnya menunjukkan minat yang kuat pada karier ramah lingkungan dengan 61 persen yang menyatakan ingin bekerja di pekerjaan ramah lingkungan dalam lima tahun ke depan.

Namun, dengan kecepatan permintaan saat ini, hanya 1 dari 10 gen Z yang akan dilengkapi dengan keterampilan yang diperlukan.

“Setiap tujuan iklim terancam jika kita tidak memiliki tenaga kerja yang siap untuk memberikan perubahan yang sangat kita butuhkan," ungkap Wakil presiden kebijakan publik dan grafik ekonomi LinkedIn Sue Duke.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau