KOMPAS.com - Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengkritik Barat dan menyebut munafik karena masih membeli minyak dan gas (migas).
Pernyataan tersebut disampaikan Aliyev dalam pidatonya di KTT Iklim COP29 di Baku, pada Selasa (12/11/2024). KTT tersebut digelar mulai Senin (11/11/2024) sampai 22 November.
Presiden menyebut para pengritiknya di Barat munafik karena terus membeli gas Azerbaijan, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: COP29: Sekjen PBB Desak Dunia Tebus Dosa Perubahan Iklim
Eropa sendiri telah meningkatkan pembelian gas karena berupaya mengurangi ketergantungan pada pasokan Rusia.
Menurut Kementerian Keuangan Azerbaijan, kontribusi migas terhadap perekonomian negara menurun karena negara tersebut melakukan diversifikasi.
"Sebagai presiden COP29, tentu saja kami akan menjadi pendukung kuat transisi hijau, dan kami melakukannya. Namun, pada saat yang sama, kami harus realistis," kata Aliyev.
Aliyev juga menyebut sumber daya migas yang ada di negaranya sebagai anugerah dari Tuhan.
"Negara tidak boleh disalahkan karena memilikinya (migas), dan tidak boleh disalahkan karena membawa sumber daya ini ke pasar, karena pasar membutuhkannya," tutur Aliyev.
Baca juga: Aruki: Agenda Indonesia dalam COP29 Jauh dari Keadilan Iklim
Aliyev juga secara khusus mengkritik Amerika Serikat (AS), penghasil emisi karbon terbesar di dunia, dan Uni Eropa, dengan menuduh mereka memiliki standar ganda.
AS adalah produsen migas terbesar di dunia. Sementara itu, negara-negara Eropa juga masih mengamankan pasokan gas baru setelah perang Rusia-Ukraina pecah.
Pidato Aliyev tersebut mendapat respons yang beragam dari delegasi dan negosiator yang menghadiri COP29.
Beberapa mengatakan, pidato Aliyev itu bukan pertanda baik bagi hasil yang kuat dari COP29.
"Menggunakan KTT iklim untuk mempromosikan produksi dan penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan adalah provokatif dan sangat tidak menghormati negara-negara di garis depan dampak iklim," kata Romain Ioualalen dari kelompok kampanye Oil Change International.
Baca juga: Hari Pertama COP29, Negara-negara Sepakati Aturan Bursa Karbon Internasional
Pidato Aliyev tersebut itu juga mencerminkan ketidakpercayaan antara negara-negara berkembang terhadap negara-negara kaya.
Banyak yang beranggapan, negara-negara terkaya belum berbuat cukup banyak untuk menyelesaikan masalah yang mereka ciptakan sendiri.
"Negara-negara maju tidak hanya mengabaikan tugas historis mereka untuk mengurangi emisi, mereka juga menggandakan pertumbuhan yang didorong oleh bahan bakar fosil," kata aktivis iklim Harjeet Singh.
Penasihat iklim nasional AS Ali Zaidi menepis pernyataan Aliyev. Dia berujar jika setiap negara melakukan dekarbonisasi seperti negaranya, dunia akan memenuhi target iklimnya.
Uni Eropa menolak mengomentari pidato Aliyev.
Baca juga: Hadiri COP29, Delegasi Indonesia Promosikan Nuklir hingga Penangkap Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya