Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

COP29: Presiden Azerbaijan Sebut Barat Munafik karena Beli Minyak dan Gas

Kompas.com, 13 November 2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengkritik Barat dan menyebut munafik karena masih membeli minyak dan gas (migas).

Pernyataan tersebut disampaikan Aliyev dalam pidatonya di KTT Iklim COP29 di Baku, pada Selasa (12/11/2024). KTT tersebut digelar mulai Senin (11/11/2024) sampai 22 November.

Presiden menyebut para pengritiknya di Barat munafik karena terus membeli gas Azerbaijan, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: COP29: Sekjen PBB Desak Dunia Tebus Dosa Perubahan Iklim

Eropa sendiri telah meningkatkan pembelian gas karena berupaya mengurangi ketergantungan pada pasokan Rusia.

Menurut Kementerian Keuangan Azerbaijan, kontribusi migas terhadap perekonomian negara menurun karena negara tersebut melakukan diversifikasi.

"Sebagai presiden COP29, tentu saja kami akan menjadi pendukung kuat transisi hijau, dan kami melakukannya. Namun, pada saat yang sama, kami harus realistis," kata Aliyev.

Aliyev juga menyebut sumber daya migas yang ada di negaranya sebagai anugerah dari Tuhan.

"Negara tidak boleh disalahkan karena memilikinya (migas), dan tidak boleh disalahkan karena membawa sumber daya ini ke pasar, karena pasar membutuhkannya," tutur Aliyev.

Baca juga: Aruki: Agenda Indonesia dalam COP29 Jauh dari Keadilan Iklim

Aliyev juga secara khusus mengkritik Amerika Serikat (AS), penghasil emisi karbon terbesar di dunia, dan Uni Eropa, dengan menuduh mereka memiliki standar ganda.

AS adalah produsen migas terbesar di dunia. Sementara itu, negara-negara Eropa juga masih mengamankan pasokan gas baru setelah perang Rusia-Ukraina pecah.

Pidato Aliyev tersebut mendapat respons yang beragam dari delegasi dan negosiator yang menghadiri COP29.

Beberapa mengatakan, pidato Aliyev itu bukan pertanda baik bagi hasil yang kuat dari COP29.

"Menggunakan KTT iklim untuk mempromosikan produksi dan penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan adalah provokatif dan sangat tidak menghormati negara-negara di garis depan dampak iklim," kata Romain Ioualalen dari kelompok kampanye Oil Change International.

Baca juga: Hari Pertama COP29, Negara-negara Sepakati Aturan Bursa Karbon Internasional

Pidato Aliyev tersebut itu juga mencerminkan ketidakpercayaan antara negara-negara berkembang terhadap negara-negara kaya.

Banyak yang beranggapan, negara-negara terkaya belum berbuat cukup banyak untuk menyelesaikan masalah yang mereka ciptakan sendiri.

"Negara-negara maju tidak hanya mengabaikan tugas historis mereka untuk mengurangi emisi, mereka juga menggandakan pertumbuhan yang didorong oleh bahan bakar fosil," kata aktivis iklim Harjeet Singh.

Penasihat iklim nasional AS Ali Zaidi menepis pernyataan Aliyev. Dia berujar jika setiap negara melakukan dekarbonisasi seperti negaranya, dunia akan memenuhi target iklimnya.

Uni Eropa menolak mengomentari pidato Aliyev.

Baca juga: Hadiri COP29, Delegasi Indonesia Promosikan Nuklir hingga Penangkap Karbon

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau