KOMPAS.com - PBB mengumumkan bahwa lebih dari 50 pemerintah telah menandatangani deklarasi untuk menjadikan pariwisata lebih ramah iklim.
Deklarasi yang ditandatangani Rabu (20/11/2024) ini pun menjadi salah satu pencapaian utama dan tonggak sejarah dalam perhelatan COP29 di Baku, Azerbaijan.
Pasalnya, pariwisata secara resmi masuk dalam Agenda Aksi Konferensi Perubahan Iklim PBB untuk pertama kalinya, menandai langkah signifikan dalam upaya ramah iklim global.
"Kami telah mencapai tonggak bersejarah dengan masuk dalam Agenda Aksi Konferensi Perubahan Iklim PBB untuk pertama kalinya,” kata Direktur Eksekutif PBB untuk Pariwisata Zoritsa Urosevic.
Deklarasi yang berjudul Enhanced Climate Action on Tourism (Peningkatan Aksi Iklim untuk Pariwisata) ini nantinya mewajibkan negara-negara untuk menangani pariwisata dalam strategi iklim mereka.
Baca juga:
Selain itu dalam kesempatan yang sama, negara-negara tersebut juga memperbarui Nationally Determined Contributions (NDC) yang menguraikan kebijakan pemerintah untuk mengurangi emisi dan akan jatuh tempo pada bulan Februari 2025.
Menurut Urosevic, pariwisata berkontribusi 3 persen terhadap PDB global tetapi bertanggung jawab atas 8,8 persen emisi gas rumah kaca.
Dikutip dari ESG News, Jumat (22/11/2024) hal ini menjadikan tindakan ramah iklim di sektor tersebut sebagai prioritas penting, terutama bagi negara-negara berkembang yang sebagian besar pendapatannya berasal dari pariwisata.
Di sisi lain pariwisata pun juga akan rentan jika mengalami gangguan terkait iklim seperti badai, gelombang panas, dan kekeringan.
"Kami sekarang memahami bahwa masa depan bisnis kami bergantung pada keberlanjutan tindakan kami saat ini," papar Kanan Gasimov, kepala badan pariwisata Azerbaijan.
Deklarasi didukung pula oleh perangkat baru seperti kerangka kerja yang diperkenalkan oleh World Sustainable Hospitality Alliance.
Organisasi itu mewakili lebih dari 55.000 hotel dan tujuh juta kamar di seluruh dunia, termasuk merek-merek besar seperti Accor, Hilton, dan Marriott.
Baca juga:
Lebih lanjut, kerangka kerja tersebut melacak dan melaporkan metrik dampak lingkungan yang bertujuan untuk memandu praktik berkelanjutan di sektor perhotelan seperti misalnya emisi gas rumah kaca, konsumsi air, limbah, dan penggunaan energi.
Data ini akan memungkinkan industri dan wisatawan untuk lebih memahami dampak lingkungan mereka.
"Kami adalah industri yang memiliki kepentingan dalam perlindungan setiap destinasi dan kami ingin memainkan peran yang lebih besar,” kata Glenn Mandziuk, CEO World Sustainable Hospitality Alliance.
Penandatanganan deklarasi PBB dan inisiatif yang menyertainya ini pun menjadi preseden yang kuat untuk mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam pariwisata yang memperkuat tanggung jawab industri dalam mengatasi perubahan iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya