JAKARTA, KOMPAS.com – Kompas.com melalui program Lestari Eco Hub menggelar diskusi terbatas atau focus group discussion (FGD) bersama beberapa perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan, untuk membahas soal hilirisasi nikel, Senin (25/11/2024).
Pemimpin Redaksi Kompas.com Amir Sodikin menjelaskan, diskusi ini dilaksanakan untuk menghubungkan pemangku kepentingan serta berjejaring membicarakan isu terkait.
“Industri mining (pertambangan) saat ini sedang ada isu yang sedang menghangat yakni hilirisasi. Di FGD kali ini kami membahas tema tentang hilirisasi nikel dan kontroversinya,” ujar Amir di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Senin.
Baca juga:
Menurutnya, FGD akan diselenggarakan dalam beberapa sesi. Amir menyebut, dalam sesi pertama, Kompas.com menghadirkan pihak selain pelaku industri agar mengkritisi kebijakan maupun memberikan pandangan mengenai keuntungan maupun kerugian hilirisasi nikel.
“Ada beberapa pembicara yang kritis soal bagaimana nikel ke depan, bukan perkara kita punya pasokan berlimpah terus kemudian nanti kita akan menanggung keuntungan dari situ. Ini masih banyak tantangan untuk kita bisa menuju target pertumbuhan ekonomi 8 persen di pemerintahan Prabowo,” ungkap Amir.
Secara bertahap, kata dia, FGD lainnya bakal membahas isu-isu lainnya dalam kaitannya dengan sustainability.
“Kami merespon konferensi perubahan iklim di Baku, Azerbaijan yaitu pentingnya negara-negara maju memikirkan benefit yang adil untuk negara-negara berkembang. Yang dia memiliki bahan baku berlimpah untuk mineral kritis, salah satunya nikel itu,” papar Amir.
“Ini penting karena selama ini kita sebagai negara berkembang tempat produksi mineral kritis ini. Tetapi kita tidak dapat benefit yang sepadan dibanding dengan kerusakan lingkungan hidup kita,” imbuh dia.
Sementara itu, Penasihat Senior Green Asia Network Jalal menilai FGD merupakan wadah untuk mengemukakan berbagai pandangan. Kata dia, FGD tersebut bisa menghadirkan perspektif dari pengamat, aktivis, industri, hingga perusahaan induk.
“(Industri hilirisasi nikel) ke depannya seperti apa tergantung kita mau ngapain. Kami enggak bisa meramalkan apa pun, tetapi kita bisa merancang agar hilirisasi itu benar-benar diarahkan kepada sustainability,” ungkap Jalal.
Tak hanya perusahaan, semua pengaku kepentingan termasuk perbankan, investor, dan pemerintah harus mengedepankan keberlanjutan. Jalal menyebut, saat ini hilirisasi nikel berdampak positif maupun negatif terhadap negara.
Baca juga:
“Ada banyak hal positif, ada banyak hal negatif. Kita PR-nya masih banyak, ada banyak narasi yang enggak pas dan saya kira itu adalah gambaran semua isu yang ada di Indonesia,” ucap dia.
Adapun Lestari Eco Hub menghadirkan perwakilan pakar ESG dari Green Asia Network, Jalal, kemudian pengamat energi dari Energy Shift Putra Adiguna, Corporate Communication PT Indonesia Morowali Industrial Park Moch N Kurniawan.
Lainnya adalah Head of Singapore Branch BNI Joshua Sijabat, General Manager Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk Tom Malik, serta Direktur Keuangan PT Mitra Murni Perkasa Achmad Zuhraidi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya